Follower tak selamanya jelek. Malah, dalam beberapa hal, justru sang follower itu lebih kreatif dan malah, bisa jadi dia akan lebih hebat dari pionir atau yang dicontohnya. Dan, itu, sekarang dilakukan oleh Komang Andopi Kartika Belia, mantan pengembang properti dan pengusaha wartel ini. Di bawah bendera PT Gempita Indonesia Muda (GIM), dia berhasil mengembangkan gerai Mr. Burger menjadi 300 gerai dan kafe yang tersebar di 13 kota di Indonesia seperti Jakarta, Batam, Cirebon, Bandung, Purwakarta, Semarang, dan Bali. Bahkan, akhir Oktober lalu, dia akan mematok target menjadi 30 kota di Indonesia. “Bisnis makanan sangat potensial dan bisa dikembangkan lebih besar lagi, karena memiliki cash flow yang bagus,” ujarnya.
Dari sekian gerai dan kafe tersebut, hanya empat gerai dan satu kafe yang benar-benar miliknya. Selebihnya merupakan milik investor atau mitranya. Maklum, merek yang dipatenkan pada 2004 ini, dikembangkan dengan sistem waralaba.
Apa sih kiatnya? “Pengalaman 10 tahun di Edam Burger, menjadikan saya bisa mengembangkan bisnis serupa tapi dengan strategi yang lain,” katanya singkat. Andopi memang terpicu dengan keberhasilan Edam, yang masih dikata familinya tersebut. Keberhasilan yang diraihnya memang terhitung kilat. Mr. Burger baru diluncurkan pada Maret 2005 lalu. Tapi dalam tempo beberapa bulan saja, produk ini sudah beranak pinak menjadi ratusan gerai, 200 gerai di antaranya tersebar di seluruh Jakarta. Padahal, modal yang ditanamkan pengusaha yang tergabung dalam HIPMI ini tak kurang dari Rp 50 juta.
Kiat lainnya, pada lima bulan pertama diluncurkannya Mr. Burger, Andopi langsung menawarkan produknya secara waralaba dan dia berhasil membuka 10 gerai di minimarket Alfamart Jakarta Selatan. Padahal proyek ini masih bersifat percontohan. Imbasnya bak air bah, gerai Mr. Burger pun membengkak hingga mencapai ratusan gerai.
Keuntungan yang dikeruknya pun makin berlipat-lipat. Sebab, dia memegang izin prinsip penempatan gerai dari Alfamart dan beberapa lokasi pusat keramaian. Berkaitan dengan itu, di luar franchise fee, investor yang membeli gerainya juga harus mengeluarkan biaya sewa tempat. Misalnya, jaringan Alfamart membebankan biaya Rp250 ribu/gerai.
Di sisi lain, Mr. Burger “dijual” dengan harga sekitar Rp3 juta/unit, 50% dari franchise fee itu harus dibayarkan terlebih dahulu, sebelum counter dibuat. “Dari sini saja saya bisa meraup Rp500 juta,” ucapnya, tanpa bermaksud sombong. Sekadar informasi, dari masing-masing counter, Andopi mengambil margin rata-rata 20%–30%.
Andopi menjual counternya berdasarkan tiga ukuran yaitu pertama, counter berukuran 85 cm² yang dijual dengan harga Rp3 juta. Kedua, counter berukuran 2x2 m² atau disebut juga tipe oval yang dijual dengan harga Rp35 juta dan ketiga counter berukuran 2x3 m² atau tipe persegi yang ditawarkan dengan harga Rp55 juta. Sekadar informasi, dalam pembuatan counter, Andopi mengerjakannya sendiri. Untuk itu, dia membuat satu workshop khusus, yang mempekerjakan lima tukang.
Lalu apa yang didapat franchisee? “Mereka mendapat semua peralatan dan perangkat pendukung, serta bahan baku burger. Bila bahan baku habis, mereka tinggal mengorder ke kantor pusat Mr. Burger,” jelasnya.
Ke depannya, Andopi akan membuat brand baru yakni Mr B. Rencananya, produk burger baru itu untuk segmen menengah atas dengan harga Rp 12 ribu-an. Untuk itu, dia telah merekrut tiga kokinya, satu diantaranya adalah berhasil menyabet gelar internasional lomba memasak di Shanghai, China. Dua selebihnya adalah mantan Chef di hotel berbintang lima di Bali. “Mereka ini bergabung dengan kami karena ter-PHK, gara-gara bom Bali pertama,” katanya.
Untuk Mr B ini, Andopi menawarkan investasi Rp 500 juta, bagi mitra yang ingin menjual burger ini. Nantinya, Mr B akan dibuka di Mal-Mal kelas atas seperti Cilandak Town Square dan beberapa tempat lainnya.
Contacts:
Mr. Burger & Mr. B
Jalan Raya Moh Kahfi I no:33
Ciganjur, Jakarta 12630
Tel 021-788-92203
Hp 0816-1164999
Tahun ketiga
2 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar