Persaingan kios pelumas yang makin ketat membuat para produsennya putar otak. Per-tamina pun mendirikan OliMart, gerai ritel yang bekerja sama dengan pengusaha yang berminat. Modalnya hanya Rp 25 jutaan, dan bisa balik modal dalam waktu dua tahun.
Pantas saja jalan raya kita semakin sempit rasanya. Saat ini saja ada hampir tujuh juta kendaraan roda empat yang memadati jalan. Belum lagi kendaraan roda dua alias sepeda motor yang betul-betul bikin sesak napas pertumbuhannya.
Nah, yang senang dengan kondisi begini bukan cuma produsen otomotif. Para produsen pelumas pun berbinar-binar melihat tingginya jumlah kendaraan ini. Semakin banyak populasi kendaraan, semakin besar pula pasar pelumas yang bisa mereka garap. Asal tahu saja, saat ini jumlah kebutuhan pelumas untuk transportasi sekitar 312 juta liter per tahun. Wow.
Dengan kebutuhan yang begitu besar, jangan heran jika merek-merek pelumas dari seluruh penjuru dunia pun berbondong-bondong menyerbu pasar Indonesia. Sampai hari ini tak kurang ada 231 merek pelumas mobil bertarung di pasar Indonesia.
Walhasil, para pemain yang ada merasakan bisnis ini sangat licin, seperti benda yang mereka dagangkan. Pertamina, sebagai penguasa pasar, tadinya pernah memegang kendali sebesar 80% atas penjualan pelumas. Eh, kini perusahaan yang bakal mengganti logo kuda lautnya itu tinggal menguasai 55% pangsa pasar. Jadi, sisanya yang 45% dikerubuti oleh 230 merek pelumas lainnya.
Kondisi ini tentu saja memicu persaingan yang makin sengit antarprodusen atau importir pelumas. Salah satu indikasinya, iklan pelumas di televisi maupun media cetak yang semakin ramai.
Dari segi pemasaran pun para produsen atau importir pelumas mengeluarkan berbagai jurus. Agip, misalnya, memberikan intensif untuk para montir dan bengkel. Kemudian bulan lalu, Shell telah membuka SPBU sendiri. Perlu diketahui, pompa bensin sangat strategis sebagai ujung tombak pemasaran pelumas.
Boleh jualan pelumas lain
Sebagai penguasa pasar, Pertamina tentu saja gerah melihat sepak terjang pesaingnya itu. Maka, akhir Agustus lalu mereka menggandeng beberapa bengkel untuk bekerja sama mendirikan OliMart. Sebuah konsep toko ritel tempat penjualan pelumas kendaraan.
Sementara ini, syarat mutlak mitra OliMart adalah pemilik bengkel. Tapi, bengkelnya tak perlu yang menangani kerusakan berat-berat. "Cukup bengkel tune up atau yang ada car wash-nya," terang Djaelani Sutomo, General Manager Unit Pelumas Pertamina.
Syarat lain, bengkel itu harus mendapat pengakuan dari agen tunggal pemegang merek (ATPM). Tempatnya pun haruslah strategis. "Kendaraan yang hilir-mudik tak perlu terlalu banyak, karena ini kan bengkel bukan SPBU. Yang penting tempatnya oke," terang Djaelani.
Ukuran tempat OliMart sekitar 5 x 5 meter. Tempat ini tak hanya menjadi ajang jualan pelumas. Sebab, OliMart juga merupakan tempat edukasi bagi para pengguna pelumas. Makanya, dari segi desain, Pertamina mewajibkan mitranya menciptakan ruang tunggu yang nyaman.
Toilet buat pembeli, misalnya, harus dibuat sebagus mungkin, jangan dicampur dengan toilet montir. OliMart juga kudu menyediakan alat-alat komunikasi seperti televisi dan video. Isinya tentang film-film mengenai pelumas, baik untuk edukasi maupun komersial. Jangan lupa sediakan juga bahan bacaan.
Sebagai jualan utama, OliMart menyediakan berbagai macam jenis pelumas. Asyiknya, produk pelumas lain bisa menumpang jualan di sini. "Asalkan 80% pelumas Pertamina, sisanya bolehlah merek lain," terang Redesmon Munir dari bagian Pemasaran Otomotif Unit Pelumas Pertamina.
Untuk memantau arus jualan barang, OliMart menggunakan sebuah software yang terkoneksi langsung dengan kantor pusat Pertamina. Maksudnya, agar pihak Pertamina bisa melihat perkembangan penjualan pelumas setiap hari.
Kalau Anda berminat, kata Redesmon, cukup rogoh duit Rp 25 juta. Uang itu untuk pembelian software, komputer, dan renovasi tempat. Modal itu juga sudah termasuk ikatan kerja sama selama lima tahun yang bisa dihentikan atau diperpanjang.
Di lain pihak, Pertamina mengeluarkan biaya untuk papan nama di depan OliMart, biaya promosi, dan-ini asyiknya-pajak reklame ditanggung Pertamina. "Pajak reklame kan mahal, apalagi di Jakarta," cetus Redesmon.
Makanya, untuk setiap satu gerai, paling tidak Pertamina menghabiskan biaya hampir Rp 100 juta. Dengan modal segitu, Pertamina optimistis bisa balik modal dalam waktu singkat. "Target kami 1,5 tahun-lah," tegas Redesmon.
Balik modal tak sampai dua tahun
Nah, kalau Pertamina dengan modal awal yang lumayan besar, bagaimana dengan balik modal si mitra OliMart? "Ya, antara 15 bulan dan 16 bulan juga," cetus Redesmon.
Redesmon bilang, target balik modal itu bukan isapan jempol semata. Saat ini gerai OliMart mampu menjual 50-100 unit pelumas saban hari. Kalau satu unit harganya Rp 20.000, artinya satu gerai OliMart bisa memperoleh omzet antara Rp 1 juta sampai Rp 2 juta sehari. Dari setiap penjualan pelumas, pemilik OliMart memperoleh diskon yang menjadi keuntungan mereka. Diskonnya 16%-17%.
Salah satu mitra OliMart adalah Muhammad Ismet yang berlokasi di Rancaekek, Bandung. Menurut pemilik OliMart KF Motor ini, konsep OliMart cukup baik, tak sekadar jualan oli. "Layanannya lebih modern dan menjadi pusat informasi pelumas Pertamina," cetus Ismet. Layanan yang diberikan OliMart milik Ismet bukan hanya jualan oli, melainkan juga mengecek ban, air aki, dan pemberian informasi yang mendetail tentang pelumas.
Ismet yakin, bisnis ini bakal cerah ke depannya. Tapi, memang, untuk balik modal ia lebih pesimistis. "Target saya, sih, pulang modalnya tiga tahun," ucapnya.
Selain milik Ismet, ada satu lagi OliMart di Kota Bandung, dua di Surabaya, dan satu lagi di Jakarta yang akan beroperasi bulan ini. Pertamina memang menargetkan, hingga tutup tahun 2005 ini, ada 10 OliMart lagi yang buka di Medan, Padang, dan beberapa kota lainnya. "Tahun depan akan lebih banyak lagi," ujar Redesmon.
Nah, Anda berminat berkecimpung di bisnis licin ini?
+++++
Waralaba Tahun 2007
Selain OliMart, Pertamina juga memiliki berbagai jalur distribusi ritel pelumas. Sebut saja Pertamina Speed yang berpatungan dengan Astra. Bedanya, Pertamina Speed beroperasi di SPBU. Bentuk distribusi ritel lainnya adalah Graha Mesran yang sebagian besar sudah ditinggalkan Pertamina.
Pada dasarnya, Graha Mesran ini mirip dengan OliMart. Bedanya, Graha Mesran tidak mempunyai standardisasi dan tak menggunakan software yang terhubung langsung dengan kantor pusat Pertamina.
Melihat besarnya animo akan OliMart, Pertamina optimistis kerja sama ini bakal cepat membesar. "Nantinya tiap kabupaten minimal harus ada OliMart," harap Djaelani Sutomo, GM Unit Pelumas Pertamina.
Memang, untuk tahap awal mereka belum mengutip berbagai fee. Tapi, ke depan, OliMart ini bakal diwaralabakan kalau sudah terbentuk sistem yang baku. "Paling tidak tahun 2007 kami mengubah konsep OliMart menjadi waralaba," kata Redesmon Munir dari Bagian Pemasaran Otomotif Unit Pelumas Pertamina.
Attention economy: The anatomy
7 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar