I made a small fortune. I made a lot of money and I made alot of people wealthy. (JIM CRAMET)
Buku yang ditulis Steve Mariotti dan Mike Caslin benar-benar bacaan yang menarik. Buku berjudul The Very-Very Rich ini memuat kisah spektakuler orang-orang terkaya di dunia. Saat usai membaca kisah demi kisah, saya menemukan kemiripan yang menjadi benang merah diantara para billionaire itu.
Ada satu hal menarik. Meskipun mereka berasal dari latar belakang hidup yang berbeda, tapi mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap uang. Inilah konsep yang saya dapatkan dari Bob Proctor, seorang Trainer terkemuka di bidang financial awareness tentang wealthy mindset atau pola pikir orang kaya.
Secara umum, wealthy mindset diartikan sebagai sebuah pola pikir, apapun kondisi dan situasi orang saat ini, memandang positif hidup finansialnya. Selama Anda terus melihat diri Anda bermandikan kelimpahruahan finansial, sikap dan tindakan Anda itu akan memanifestasikan kondisi keuangan yang Anda dambakan. Bila Anda memiliki wealthy mindset ini, pikiran Anda akan berdampak pada tindakan. Laksana sentuhan Midas yang menjadikan apapun yang di kerjakan saat ini menghasilkan kelimpahan.
Setiap hari kita bisa menciptakan mindset ini dalam diri kita sendiri. Ada beberapa tips yang layak diperhatikan.
1. Anda perlu mengatasi keyakinan yang membatasi Anda saat ini soal uang. Ternyata, banyak orang tanpa sadar memiliki keyakinan keliru soal uang. Dalam sebuah seminar, saya beberapa kali melakukan "sentence completion test" dimana para peserta saya minta melengkapi kalimat yang ada. Tatkala saya mengatakan "uang adalah..." ada yang menyahut "bikin repot," "susah dicari," "butuh perjuangan besar untuk mendapatkannya." Bahkan ada yang lebih parah mengatakan "uang sebagai akar dari segala kejahatan."
Keyakinan ini tanpa disadari telah membatasi kemampuan mereka untuk hidup nyaman dengan uang. Memang kita tidak mau ambisius mengangung-agungkan uang. Namun, pandangan yang tepat soal uang merupakan kunci kepemilikan uang atas uang secara sehat. Problemnya, ada yang terlalu overvalue pada uang sehinggabersikap kikir dan tamak. Ada pula yang bersikap mudah dengan uang sehingga segala yang diperoleh malah hilang. Lain lagi dengan orang yang yakin bahwa uang susah didapat. Asal tau saja, kita akan sulit mendapatkan dan memelihara apa saja kalau kita tidak mampu beresonansi dengan baik. Pikiran dan sikap kita seharusnya beresonansi secara nyaman dengan uang. Faktanya, uang tidak mempunyai nilai absolute pada dirinya sendiri. Nilai yang didapat lewat proses memperoleh dan kegunaan uang itulah yang membuatnya berharga. Misalnya, uang bisa membuat hidup lebih nyaman, bisa ditukar dengan barang-barang kebutuhan, dan bahkan dalam jumlah yang cukup mampu membebaskan kita dari problem finansial. Artinya, keluarga juga bisa merasa aman-aman saja. Uang juga bisa membantu kita dalam menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik.
Jadi, uang bukanlah sesuatu yang buruk maupun jahat. Ia menjadi hamba yang baik, tetapi tuan yang jahat. Pikiran yang nyaman dengan uang akan menjadi magnet bagi uang untuk singgah dalam kehidupan kita.
2. Membangun mindset adalah putuskanlah Anda ingin menjadi Kaya. Jangan hanya berhenti disini saja. Anda harus mempunyai alasan yang tepat mengapa Anda ingin menjadi Kaya. Ada hukum tak tertulis, "orang tetap miskin karena mereka belum memutuskan ingin menjadi kaya." Katakan "ya" pada kekayaan dan berupayalah mencapainya. Alasan yang mendasari hendaklah bisa diterima secara logis dan emosional.
3. Putuskan seberapa sesungguhnya yang Anda inginkan. Misalnya, rekening Anda dengan Rp. 2 juta setiap bulannya memang mencukupi. Namun, Anda ingin Rp. 50 juta perbulannya. Mungkin Anda butuh cara lain. Yang terpenting, upaya menyiapkan pikiran dan hati. Kita tidak boleh mengada-ada. Butuh sikap bijaksana.
4. Lakukan Brainstorming untuk menentukan bagaimana cara mendapatkan apa yang Anda inginkan. Pikiran harus dibiarkan berkembang mencari peluang demi mewujudkan cita-cita Anda. Mungkin awalnya Anda harus mulai dengan mendaftar 10 hingga 20 ide yang bisa Anda coba. Sebagai contoh Jeff Bezos memelopori amazon.com memulai dengan membuat 20 daftar barang yang ingin ia jual melalui internet. Awalnya, sama sekali tidak terpikir bahwa bukulah yang akan laku ia jual. Namun, ia mencoba-coba berbagai idenya dan ternyata buku menjadi pilihannya yang terbaik.
5. Bayangkan seandainya Anda sudah bisa mendapatkan apa yang Anda inginkan. Lima tahun sebelum membeli rumahnya yang mewah, John Assaraf, salah seorang pengajar dalam buku The Secret telah membayangkannya setip hari didalam Vision Board yang ia buat.
Jim Carrey, salah seorang bintang hollywood menuliskan cek senilai $10 juta kepada dirinya sendiri, saat ia masih begitu miskinnya dan ia membayangkan hal itu biasa terbukti pada tahun 1995. Ternyata, pada perayaan Thanksgiving, pada 1995 salah satu filmnya yakni "Ace Ventura: When Nature Calls" memberikannya penghasilan senilai $20 juta!Dalam hal ini, bayangkanlah pikiran serta diri kita telah siap menerima apa yang kita pikirkan. Hal inilah yang dilakukan oleh Wright Bersaudara saat membayangkan diri mereka terbang dan akhirnya mereka bisda membuktikan. Begitu pula yang terjadi dengan Columbus saat membayangkan dirinya berkayar.
Dalam hal ini, kita ingat kalimat yang diucapkan oleh Brian Tracy "Semua perkembangan di dalam diri Anda dimulai dari perkembangan di dalam gambaran mental Anda."
Kamis, 20 November 2008
Membangun Wealthy Mindset
posted by giomustbebetter pd 12:04 AM 9 komentar
Rabu, 19 November 2008
Pertanyaan Sebelum Membeli Waralaba
ohn Naisbit dalam bukunya yang berjudul Megatrends, menyatakan bahwa waralaba merupakan konsep pemasaran yang paling berhasil selama sejarah umat manusia. Di Amerika Serikat setiap delapan menit sekali dibuka satu outlet waralaba. Hampir 40% dari usaha retail dijalankan dengan konsep waralaba. Di negara yang lebih muda perkembangan waralabanya, misalnya Malaysia, konsep waralaba hanya menguasasi 5% dari total industri retail.
Di Indonesia sendiri saat ini waralaba sudah mulai menunjukkan trend peningkatan dan kerap menjadi topik perbincangan bisnis baik di media maupun dalam praktek keseharian. Akibatnya semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli hak waralaba. Namun sayangnya data yang ada menunjukkan bahwa peluang sukses waralaba di Indonesia hanya mencapai sekitar 60% saja. Bandingkan dengan di Amerika Serikat yang dapat mencapai diatas 90%.
Artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan kepada calon pembeli hak waralaba (calon franchisee), berupa pertanyaan-pertanyaan untuk menggali apakah waralaba cocok untuk dirinya atau tidak. Terdapat 10 pertanyaan yang harus dievaluasi, yaitu:
1. Apakah kita bersedia mengambil resiko menjadi seorang wirausaha?
Bagi yang terbiasa menjadi karyawan, kemudian banting stir menjadi pemilik; tentunya pola kerja, sikap dan resiko yang akan dipikulnya berubah 180 derajat. Jam kerja bukan lagi 40-60 jam seminggu namun akan bertambah menjadi 60-70 jam per minggu bahkan lebih. Sudah siapkah kita menghadapi semua ini?
2. Apakah kita akan menyukai cara berbisnis dengan format waralaba?
Banyak franchisee gagal dalam berusaha karena pada saat membeli hak waralaba, ia hanya membayangkan untuk menjadi kaya dan mendapatkan banyak uang. Namun setelah bisnisnya berjalan, ia merasa tertekan dan tidak menyukainya. Akhirnya usaha tersebut gagal.
Paradigma yang menyatakan bahwa memiliki bisnis sendiri berarti kita memiliki kebebasan dalam berkreasi dan mengaktualisasikan diri, harus dibuang jauh-jauh. Jika ingin membeli hak waralaba, kita, walaupun pemilik, harus suka untuk diatur oleh franchisor. Jika kita tipe orang yang tidak suka diatur orang lain, maka waralaba bukanlah bisnis yang tepat.
3. Apakah kita memiliki pengalaman sukses dalam membina hubungan dan berinteraksi dengan orang-orang?
Usaha waralaba banyak terkait dengan hubungan orang ke orang. Hubungan dengan karyawan, pemilik dana, franchisor, suplier maupun pelanggan. Apakah kita memiliki pengalaman sukses dalam membina hubungan dengan orang banyak? Jika ya, maka usaha waralaba mungkin cocok untuk kita.
4. Apakah kita memiliki modal yang cukup untuk membeli hak waralaba?
Banyak usaha waralaba gagal karena kekurangan modal kerja di tengah jalan. Jadi untuk meningkatkan peluang sukses, lebih baik jika kita memiliki modal lebih banyak dari yang disyaratkan oleh franchisor. Untuk itu paling tidak kita musti memperhitungkan modal kerja untuk 6 bulan sampai satu tahun ke depan.
5. Apakah kita telah mempelajari semua dokumen yang berkaitan dengan aspek hukum dari franchisor?
Umumnya sebelum kita memutuskan untuk membeli hak waralaba, Franchisor akan memberikan dokumen penawaran yang dinamakan Franchise Offering Circular. Dalam PP No 16 Tahun 1997 dijelaskan di pasal 3 ayat 1, bahwa di dokumen ini harus tercantum paling sedikit hal mengenai:
a. Pemberi Waralaba, berikut keterangan mengenai kegiatan usahanya;
b. Hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang menjadi objek Waralaba;
c. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi Penerima Waralaba;
d. Bantuan atau fasilitas yang ditawarkan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba;
e. Hak dan kewajiban Pemberi dan Penerima Waralaba;
f. Pengakhiran, pembatalan, dan perpanjangan perjanjian Waralaba serta hal-hal lain yang perlu diketahui Penerima Waralaba dalam rangka pelaksanaan perjanjian Waralaba.
Selain itu dalam PP yang sama Pasal 3 ayat 2, dicantumkan pula bahwa Pemberi Waralaba (Franchisor) wajib memberikan waktu yang cukup kepada Penerima Waralaba (Franchisee) untuk meneliti hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Di Amerika Serikat, tenggang waktu ini lamanya minimum 10 hari kerja.
6. Apakah Franchisor yang kita minati merupakan perusahaan yang solid, liquid dan sukses?
Franchisor wajib memberikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada calon pembeli hak wralabanya. Laporan ini paling tidak membrikan informasi keuangan untuk periode 3 tahun. Selain sisi keuangan, kita juga mesti menilai apakah merek yang akan kita beli cukup dikenal dan memiliki image positif di pasar?
7. Apakah Franchisee yang ada sekarang secara umum gembira dan sukses atas usaha mereka?
Tanyakan pada franchise yang ada saat ini apakah mereka gembira dan puas atas putusan mereka membeli hak waralaba tersebut? Apakah investasi tersebut menguntungkan mereka? Jika jawaban kedua pertanyaan tersebut Ya, mungkin brand waralaba tersebut layak untuk dibeli.
8. Apakah anda menyukai staff franchisor yang mensupport anda?
Salah satu kunci sukses dari waralaba adalah adanya support dan bantuan yang terus menerus dari franchisor melalui staff franchise support mereka. Untuk menciptakan sinergi, maka kita harus cocok dengan staff tersebut. Jika tidak coba diskusikan dengan franchisor apakah dapat dicarikan alternatif staff penganti?
9. Apakah kita mendapat dukungan dari keluarga?
Menjadi franchisee bukanlah pekerjaan paruh waktu, namun peklerjaan full time yang menyita waktu pribadi dan waktu keluarga. Apakah keluarga kita mendukung dalam hal ini?
Jika jawaban atas 9 pertanyaan tersebut positif, maka jangan sia-siakan peluang yang disediakan oleh waralaba. Selamat menjadi kapitalis baru!
posted by giomustbebetter pd 11:51 PM 0 komentar
Syarat BENGKEL MOTOR Resmi
Adapun syarat yang harus disiapkan oleh calon pemohon yang akan membuka bengkel adalah yang bersangkutan harus memiliki tempat permanen minimal berukuran 5x12 meter (bisa hak milik atau sewa). Untuk bangunan yang disewa, lama sewanya harus lima tahun ke atas.
Adapun syarat administratif yang dilampirkan saat bermohon yakni fotokopi KTP, rincian detail bangunan, denah lokasi, foto kondisi interior bengkel, foto kondisi eksterior bengkel (tampak bangunan), kartu keluarga, sertifikat hak milik/tanah/bangunan, SITU, SIUP, HO, NPW,P dan TDP, serta menandatangani surat pernyataan dari PT Astra Internasional Tbk-Honda sebagai tanda bahwa yang bersangkutan mau bekerja sama dengan PT Astra. Setelah berkas dan persyaratan tersebut lengkap maka kami akan memberikan surat pengangkatan sementara SPS AHASS yang berlaku tiga bulan.
Setelah dinyatakan lolos, di mana selama tiga bulan tersebut dari hasil bengkel sementara Anda dinilai lolos barulah keluar surat pengangkatan AHASS dan kami pun langsung mengakui Anda sebagai bengkel resmi AHASS PT Astra Internasional Tbk-Honda. Pengajuan permohonan buka bengkel AHASS tidak dipungut biaya apapun dan tidak pungut uang jaminan.
Jaringan bengkel AHASS dibagi tiga bagian. Jaringan H1 untuk penjualan, H2 bengkel sparepart, dan H3 untuk perawatan.
Khusus H2 tidak ada jaminan. Bahkan eskterior dan interior bengkel masih disubsidi penuh 100 persen oleh PT Astra-Honda. Interior yang disubsidi antara lain, lantai keramik, pipa sistem, meja prondes, pipa oli, exhasost (keluar) termasuk general tool masih diskon 40 persen.
posted by giomustbebetter pd 12:33 AM 0 komentar
BENGKEL MOTOR
Apa saja yang diperlukan untuk membuka bengkel?
Pada periode Januari-Agustus 2008 penjualan sepeda motor telah mencapai angka sekitar 4,2 juta unit atau sekitar 70 persen dari proyeksi penjualan sepeda motor sepanjang tahun ini sekitar enam juta unit.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) Tahun 2005 penjualan sepeda motor mencapai 5.089.426 unit, atau naik sekitar 30% dibanding tahun 2004 yang mencapai 3.900.598 unit yang juga lebih tinggi dibandingkan tahun 2003 yang penjualannya mencapai 2.823.702 unit.
AISI memperkirakan pada 2010 penjualan sepeda motor akan menembus angka sekitar tujuh juta unit.
Ledakan populasi sepeda motor beberapa tahun terakhir telah memacu kebutuhan jasa pemeliharaan dan perbaikan. Di sisi lain, daya tampung bengkel resmi yang terbatas membuka peluang bagi calon wirausahawan baru untuk menggarap bisnis ini.
Sekarang pertanyaannya, apakah bisnis bengkel ini menguntungkan? Maka dengan yakin jawabannya IYA!!!
kiat-kiatnya gimana bisa sukses usaha bengkel motor :
1.
Lokasi
Lokasi sangat menentukan keberhasilan usaha bengkel, jadi carilah lokasi yang benar-benar rame bahkan kalo perlu dekati bengkel yang sudah ada tapi rame. Karena paling tidak bengkel anda dapat limpahan dari bengkel terdekat anda.
2.
Design ruangan
Sebisa mungkin tata ruang bengkel anda seperti bengkel resmi, kalo bisa ditambah supaya punya nilai lebih, seperti disediakan minuman, majalah, Koran dll
3. Apa saja yang diperlukan untuk membuka bengkel?
*
Yang utama pasti perlengkapan kunci, tools, meja kerja, gerinda, compressor, air gun dana yang perlu disiapkan sekitar Rp. 10.000.000. Apabila anda masih bingung banyak buku-buku tentang bengkel motor yang tersedia di pasaran yang bisa menjadi acuan anda. Atau lebih mantapnya punya teman orang bengkel yang senior, pasti dijamin anda sangat terbantu.
*
Siapkan piping system, seperti di bengkel-bengkel resmi. Untuk yang satu ini lumayan mahal bisa menghabiskan dana 10jt lebih untuk 5 pit, Tapi apabila anda bermodal cekak, piping system ini bisa diabaikan.
*
Ruang tunggu
Ciptakan ruang tunggu senyaman mungkin, sebab seperti anda ketaui service motor membutuhkan waktu yang cukup lama, jadi berikan tempat ruang tunggu bagi konsumen senyaman-nyamannya seperti TV, softdrink, Koran, majalah yang berhubungan motor/otomotif
*
Meja Receptionist, dilengkapi dengan computer, mengapa ? karena ini juga salah satu kunci utama keberhasilan juga, karena dengan keakuratan data yang masuk dan keluar kita bisa menggunakannya untuk analisa,baik itu untuk jumlah konsumen, spare part, hari apa yang paling rame dll
*
Sediakan kotak saran, karena bengkel ini termasuk jasa layanan public, kita tidak tau apa yang kurang pada pelayanan kita, jadi dengan kotak saran ini, kita akan terus memperbaiki layanan kita kepada konsumen
*
Spare Part
*
Bagi anda yang bermodal cekak, anda bisa belanja spare part yang fast moving, seperti kampas rem, kampas kopling, gear set, accu. Jangan yg susah lakunya, seperti Knalpot, Velg, dll. Tapi semua itu akan dapat berjalan dengan baik setelah kita menjalaninya, kita akan tau spare apa yang sering dicari dan yang jarang dicari
*
“Kalo mau usaha bengkel mesti paham tentang mesin” itu pemahaman yang salah. Yang paling penting dalam setiap usaha adalah bagaimana cara kita melihat peluang. Jadi cari 1 mekanik yang bagus dan yang lain cukup bisa servis ringan.
*
Cantumkan nama bengkel anda yang besar dan kasi nama yang mudah di ingat orang dan daftarkan bengkel anda jadi jaringan Spare Part resmi, Karena peluang menjadi jaringan spare part jauh lebih mudah daripada servis resmi. Plus kalo bisa Gandeng produk-produk oli
*
Sebagai patokan kalo bengkel di kota besar, diluar lokasi dan bangunan diperlukan dana sekitar Rp. 75 – 100 juta. Kalo di kabupaten sekitar Rp. 50 -75 Juta.
*
Masih terlalu besar dengan modal segitu, Gimana kalo membuka usaha “Spare part motor dan aksesoris saja ?” mungkin modalnya bisa lebih terjangkau.
4. Marketing
Berbicara tentang Marketing sangatlah menarik dan menantang, sebab Marketing mempunyai tujuan, bagaimana mendatangkan pembeli sebanyak mungkin dan secara kontinu. Bagaimana supaya hal itu terwujud, prinsipnya yaitu “win win solution” sama sama untung, pembeli untung dan penjual juga untung.
Misal : berikan selalu penawaran yang menarik, seperti : service 3x Gratis 1x, Garansi service, Jaminan Spare Part Asli.
posted by giomustbebetter pd 12:00 AM 0 komentar
Senin, 17 November 2008
Peluang Bisnis Menjaring Laba dari Pencari Pekerja ala BINUS CENTRE
Pusat pelatihan Binus Center menawarkan kesempatan kerja sama waralaba. Modal dan biaya operasionalnya sangat besar. Jika roda bisnis berjalan sesuai dengan rencana di atas kertas, tak sampai tiga tahun franchisee sudah bisa balik modal.
Sebagai universitas, nama Bina Nusantara atawa Binus cukup tersohor di Indonesia. Tapi, tak banyak yang tahu jika gurita bisnis Binus juga sudah merambah ranah pendidikan nonformal. Ya, mulai tahun 1991, dengan bendera Binus Center, Binus telah menyelenggarakan berbagai pelatihan persiapan kerja.
Awalnya, Binus Center mengembangkan jaringan dengan membuka cabang sendiri. Ada empat cabang yang telah dibuka: di Jalan Syahdan (Binus Center Pusat), Grogol, Kedoya, dan di Kampus Anggrek (Kebon Jeruk). Tapi, demi mempercepat pertumbuhan, mulai tahun 2002, Binus Center mengubah pola pengembang bisnisnya menjadi waralaba (franchise).
Hingga kini, waralaba Binus Center sudah tersebar hingga Padang, Medan, Batam, serta Bali. Total jenderal, sudah terdapat 10 gerai waralaba Binus Center di seluruh Indonesia. "Target tahun ini, kami membuka enam outlet baru. Dua baru saja beroperasi dan empat lainnya dalam persiapan," terang Dhyana P. Lim, Direktur Binus Center.
Jika berminat, Anda bisa bergabung menjadi terwaralaba Binus Center. Cuma, usaha ini jelas bukan usaha kecil-kecilan. Artinya, modal awal yang harus Anda miliki juga lumayan besar; yaitu bisa mencapai sekitar Rp 1,7 miliar. Duit segitu dibutuhkan untuk pengadaan tempat (sewa), renovasi, membeli komputer dan infrastruktur, dan membeli perlengkapan-perlengkapan lain. Selain itu, dana itu juga dipergunakan untuk membayar franchise fee Rp 200 juta untuk periode lima tahun.
Butuh bangunan yang luas
Jangan lupa untuk menyisihkan Rp 100 juta pada tiga bulan menjelang beroperasinya gerai Anda. "Itu untuk training instruktur, pemasangan, dan kebutuhan belanja keseharian lain," terang Dhyana.
Oh, ya, khusus soal tempat, Anda kudu mempersiapkan bangunan yang berukuran minimal 300 m2; di atas tanah seluas 400 m2. Di dalam gedung tersebut, setidaknya harus tersedia empat ruang kelas. Satu ruang berisi 12 kursi, sementara tiga ruang lainnya berisi 14 kursi. Di masing-masing meja tersebut wajib tersedia satu set komputer.
Jika gedung siap dioperasikan, bersiaplah untuk membukanya tempat kursus Anda dari pukul 8.00 hingga 21.00. Jam buka tersebut dibagi menjadi empat shift-pagi, siang, sore, malam-yang rata-rata terdiri dari tiga jam.
Sesuai dengan bidang keahliannya selama ini, Binus Center melayani berbagai pelatihan seputar teknologi informasi. Namun, pada tahun ini ada tambahan "menu" pelatihan berupa pelatihan bahasa. "Ada bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, dan bahasa Prancis," tutur Dhyana. Enaknya, semua modul pelatihan itu sudah disediakan Binus Center Pusat. Jadi, terwaralaba tinggal memilih modul pelatihan mana saja yang akan ia ambil.
Selain program yang sudah baku itu, terwaralaba juga bebas menciptakan program-program pelatihan lain; asalkan masih sesuai dengan panduan kantor pusat. "Kami membuka pelatihan komputer bagi siswa SD hingga SMU," tutur Ruri, staf bagian pemasaran Binus Center Bintaro mencontohkan.
Yang menarik, Binus Center ternyata tak hanya mampu menggaet para lulusan universitas yang sedang mencari pekerjaan. Asalkan jeli, Anda bisa menggaet perusahaan menjadi pelanggan lembaga ini. Jadi, Binus Center merancang dan melaksanakan pelatihan bagi para karyawan perusahaan tersebut. Langkah semacam ini sudah dilakukan banyak cabang Binus Center.
Institusi yang berhasil digaet cukup banyak, mulai dari instansi pemerintah atau BUMN sampai perusahaan swasta. Beberapa perusahaan yang pernah mencicipi program pelatihan Binus Center adalah Telkom, Pertamina, Jamsostek, Bank Indonesia, Bentoel, IBM, Grup Orang Tua, Sucofindo, Sumarecon Agung, Gramedia Media Asri, dan masih banyak lagi. "Saat ini kami sedang menjajaki kerja sama dengan Nokia Training Center," kata Dhyana.
Agar bisa menyediakan pelatihan yang berkualitas, tentu saja, setiap Binus Center harus memiliki instruktur yang ahli. Semakin banyak program yang disediakan, semakin banyak pula instruktur yang dibutuhkan. Ambil contoh Binus Center Bintaro yang memiliki 50 orang pengajar. Sementara itu, Binus Center Pusat memiliki 60 orang instruktur. "Instruktur di pusat juga mengajar di tiga cabang lain," imbuh Dhyana.
Biaya operasionalnya ratusan juta
Upah instruktur ini dihitung per giliran (shift) atau per tiga jam. "Instruktur pemula tarifnya Rp 150.000 per shift, lama-lama bisa menjadi Rp 500.000 per shift," tutur Dhyana.
Sampai di sini, Anda bisa membayangkan bahwa selain membutuhkan modal yang lumayan besar, bisnis ini juga butuh biaya operasional yang tak kecil pula. Pertanyaannya: bagaimana potensi keuntungannya?
Jawabannya tentu saja tergantung dari banyaknya peserta pelatihan yang ikut program dan jumlah program pelatihan yang Anda jual. Para peserta pelatihan itu akan membayar biaya kursus yang besarnya dipatok Rp 25.000 per jam. Tapi, ini hanya patokan saja, lo. "Masing-masing Binus Center bisa menentukan tarifnya sendiri asal tidak seenaknya banting harga," tutur Dhyana. Karena itu, tak perlu heran jika ada Binus Center yang memasang tarif Rp 35.000 per jam.
Nah, jumlah pendapatan Anda per bulan adalah total jam kursi terisi (seat hour) dikalikan tarif kursus tadi. Target yang dipasang Binus, kursi yang ada di Binus Center sebaiknya rata-rata terisi sekitar 67,5% atau sekitar 5.100 seat hours per bulan. Dengan asumsi tarif kursus Rp 25.000 per jam tadi, artinya target pendapatan Binus Center Anda adalah sekitar Rp 127,5 juta per bulan.
Pada prakteknya, tentu saja, total pendapatan yang diperoleh Binus Center bisa melampaui angka itu. Contohnya Binus Center Bintaro yang bisa mengantongi omzet di atas Rp 500 juta per bulan. Angka itu bisa tercapai lantaran cabang ini memiliki tujuh kelas dan berhasil menjual sekitar 3.000 seat hours lebih per minggu. Sudah begitu tarif kursus yang dipasangnya juga Rp 35.000 per jam.
Tapi, tak semua pendapatan itu menjadi hak terwaralaba. Pasalnya, masih ada royalty fee yang harus Anda bayarkan. Tarif royalti ini agak unik. Besarnya 20%, tapi tidak dihitung berdasarkan total pendapatan, melainkan dari harga pokok seluruh pendapatan pelatihan itu. "Semacam biaya produksi kalau di industri barang. Harga pokok tersebut bisa 40% dari harga jual, bisa juga lebih, tergantung dari bobot modul," ungkap Dhyana. Royalti ini disetor setiap tiga bulan.
Selain itu, Anda juga harus menanggung biaya operasional Binus Center dan gaji pengajar yang besarnya bisa mencapai ratusan juga per bulan. Dengan skema seperti itu, "Balik modalnya enggak sampai dua setengah tahun," janji Dhyana. Berminat? "List kami panjang, lo," ungkapnya
__________________
posted by giomustbebetter pd 7:14 PM 0 komentar
Bengkel Resmi Motor
snis jasa bengkel motor merupakan bisnis yang tak mengenal surut. Tengok saja populasi kendaraan roda yang kini jumlahnya mencapai jutaan. Suatu jumlah yang luar biasa untuk dibisniskan. Bukankah motor tersebut perlu perawatan tetap prima. Melihat prospek yang menjanjikan ini, banyak orang yang mengadu nasib dengan membuka bengkel motor.
Menurut Wakijan, Quality Assurance Manager PT Wahana Makmur Sejati (WMS), diler utama motor Honda Jakarta dan Tangerang, Jumat (12/3) jumlah AHASS di Jakarta sekitar 240 buah. Sedangkan di Indonesia hampir 2.000 buah. AHASS sebetulnya merupakan usaha skala kecil dan menengah (USKM). Tiap orang bisa saja membuka bengkel resmi Honda.
Tapi, Wakijan mengingatkan, tentu ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum ditunjuk sebagai bengkel resmi. Ukuran tempat usaha minimal 6x15 meter, berada di lokasi yang sesuai dengan mapping yang ada dan mengikuti aturan main yang ditetapkan AHM, maupun WMS. “Jika sudah menjadi bengkel resmi, tidak boleh melayani motor merek lain selain Honda. Kami ingin pemilik bukan sekadarinvestor saja, tapi juga punya komitmen tinggi dan niat yang baik serta bisa diajak kerjasama. Dengan demikian pelayanan kepada konsumen semakin baik,” ujarnya.
Syarat lain, Wakijan menambahkan, mempunyai tempat sendiri atau kontrak minimal 5 tahun. Memiliki izin usaha minimal izin domisili, SIUPP, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan. Juga mempunyai mekanik minimal 3 orang dan 1 front desk. Jumlah bike lift (tempat kerja) minimal 2 buah.Tapi untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan seluruh jaringan AHASS harus memiliki standar fasilitas fisik yang sama yaitu Front Desk, Bike Lift, Piping System, Exhaust System dan Oil Drain.
Jika urusannya legal telah siap, bisa dikirim ke main dealer wilayah setempat. Untuk Jakarta dikirim ke WHM. Setelah beres akan disurvei dulu apakah sesuai dengan tempat dan lokasi. Jika ini disetujui maka sekitar 1 bulan sesudahnya, ada approving dari AHM.
Bengkel ATPM yang tak kalah ramai adalah Yamaha. Jika Honda memakai embel-embel AHASS maka Yamaha memasangf YSS (Yamaha Service Shop). Menurut Herry Setianto Promotion Manager PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), kepada SH via telpon Jumat (29/4), saat ini bengkel resmi Yamaha ada 1.200 buah. Seluruh bengkel tersebut memiliki dan mengikuti pola pelayanan yang standar (seragam).
Sebagai bengkel ATPM, Herry menyebut ada 2 kelas YSS, yakni bengkel 3 S yang merupakan tempat penjualan, sekaligus servis dan sukucadang. Jenis bengkel ini terbanyak yakni 625 buah. Sedangkan yang hanaya melayani perbaikan saja berjumlah 550 buah. ”Kami akui untuk saat dengan jumlah bengkel resmi YSS, kami belum bisa maksimal melayani pelanggan. Kami saat ini sedang menggodok proses penambahan sekitar 300 bengkel sekaligus jaringan baru untuk tahun ini. Upaya penambahan ini tidak sekaligus namun secara berkala,” ujar Herry.
Untuk membuka YSS, urai Herry, tak ubahnya seperti membuka perusahaan baru. Yang jelas ada prosedur dan persyaratannya yakni administratif (NPWP, SIUP, IMB, KTP, Ijin : Usaha, keramaian). Sudah ada bangunan milik sendiri, bukan kontrak. Luas lahan (gedung) minimal 5 X 20 meter. Jarak antar bengkel resmi Yamaha terdekat tidak ditentukan (sesuai populasi unit motor).
”Calon bengkel resmi Yamaha, menurut Herry, tidak sebagai distributor atau bengkel resmi sepeda motor merek lain,” ujarnya. Selain itu, juga wajib menyediakan dan menjual sukucadang asli Yamaha dan oli Yamalube yang direkomendasi oleh Divisi Spare-parts Yamaha .
Sejumlah persyaratan lain yang harus dipenuhi di antaranya, bersedia ditunjuk menjadi ACS (Authorized Claim Shop); desain dan lay-out interior dan eksterior harus sesuai standar Yamaha; mekanik wajib mengikuti training sebelum bengkel beroperasi.
posted by giomustbebetter pd 5:59 PM 1 komentar
CombroModif
Combro yang telah menjadi makanan populer di Jawa Barat ini, naik kelas dengan sejumlah inovasi di tangan Atmaja. Hasilnya, konsumen harus rela antri untuk hanya untuk membeli beberapa potong.
Gila! Hanya combro. Hari gini untuk bisa menikmati combro, yang merupakan makanan populer di masyarakat (Sunda: oncom di jero atau oncom di dalam, red.) saja, para penikmatnya harus berjuang. Telat sedikit, jangan berharap Anda kebagian. Itulah fakta yang terlihat dari antrian pembeli makanan khas masyarakat Jawa Barat yang mangkal di Jalan Suryakencana, Bogor, ini. Adalah Combro Atmaja alias combro rajikan Pak Atmaja yang mampu menyedot konsumen bukan hanya di sekitar Bogor, melainkan juga dari Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surabaya, bahkan Belanda, Jepang, dan Singapura.
“Padahal sebenarnya combro ini tidak ada bedanya lho dengan combro-combro lain. Mungkin, karena setiap hari saya selalu mengganti minyak gorengnya. Selain itu, barangkali karena bahan bakunya, saya menggunakan singkong Mangu yang kualitasnya paling bagus dibandingkan singkong-singkong lain. Juga menggunakan cabai kampung yang walau kecil dan ramping bentuknya, tapi pedasnya pas. Sedangkan, bahan oncom yang saya gunakan adalah oncom merah atau tanpa bahan pengawet. Lebih dari itu, tentu trik atau cara mengolahnya, termasuk cara menggulungnya,” kata Atmaja, mengira-ngira kelebihan produknya sehingga memancing orang menyemut.
Namun yang pasti, Atmaja yang dalam menjalankan usahanya dibantu dua saudara dan seorang tetangganya ini, lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas. Bahkan, boleh percaya boleh tidak, dia sendiri tidak terlalu menggubris apakah usahanya rugi atau untung. Bahkan dia tak terlalu mau tenggelam seharian mengurus bisnisnya. Hal ini terbukti dari “jam kerjanya” yang hanya tiga jam/hari. “Masalahnya yaitu tenaga kerja kami terbatas. Capeklah kalau harus berdagang seharian. Jadi begitu jualan kami habis, ya, kami pulang untuk beristirahat. Lalu, mempersiapkan bahan-bahan untuk berjualan keesokannya,” ujarnya, polos.
Di samping itu, ternyata bisnis Atmadja juga dibatasi oleh ketersediaan bahan baku. Seperti yang disebutkan di atas, salah satu bahan bakunya sangat spesial dan suplainyapun sangat terbatas. Singkong Mangu semakin sulit didapat dan kalaupun tersedia harganya mahal, sehingga dia terpaksa tidak lagi menggunakan singkong ini dan menggantinya dengan singkong lain, yang kualitasnya sedikit di bawah singkong Mangu. “Dulu, karena sangat mempertimbangkan kualitas, kalau kehabisan singkong Mangu saya memilih untuk tidak berjualan. Jadi dalam tujuh hari (seminggu, red.), kadang-kadang saya hanya berjualan tiga atau empat hari,” lanjutnya.
Dengan “jam kerja” dari jam 11.00 hingga jam 14.00, pada hari kerja Atmaja menggoreng (baca: menjual) 400 combro dari 20 kg adonan dan 800 combro dari 40 kg adonan pada hari libur atau akhir pekan. Dengan demikian, dari harga combro Rp1.200,- per buah, setiap hari dia mampu meraup omset sekitar Rp480 ribu sampai Rp960 ribu. Pendapatan ini di luar pesanan untuk pesta perkawinan dan dari lima pelanggan tetapnya, di antaranya beberapa hotel di sekitar Bogor, yang masing-masing memesan 100–200 buah per pelanggan. “Saya tidak bisa menerima pesanan lebih dari itu, khawatir tidak dapat memenuhi tepat pada waktunya. Di samping itu, juga kualitas singkong yang saya peroleh. Kalau hari itu saya tidak bisa mendapatkan singkong yang kualitasnya bagus, saya terpaksa menolak pesanan. Sebenarnya, kalau dituruti, saya bisa membuat 1.000–2.000 combro setiap harinya,” kata Atmaja yang tidak menerima pesanan, saat sedang berjualan.
Berbeda dengan combro lain yang lebih sedap disantap saat masih hangat, makanan berbentuk bulat lonjong made in dapur Atmaja ini masih tetap renyah, gurih, dan tentu saja lezat meski sudah dingin. Tapi untuk menghindari basi, untuk pesanan, combro Atmaja biasanya digoreng setengah matang. “Combro saya bertahan dua hari,” jelasnya. Sedangkan untuk pembeli ketengan (satuan, red.), tergantung permintaan konsumen apakah ingin digoreng matang atau setengah matang.
Usaha combro ini sebenarnya bisnis keluarga yang sempat terhenti pada 1998, karena berbagai situasi ekonomi yang sulit. Dengan mengerahkan modal harian Rp200 ribu hingga Rp250 ribu (setiap lima hari sekali, modal ini membengkak menjadi Rp400 ribu bila persediaan gas, kantung plastik, dan dus pembungkus habis, red.), laba kotor yang diraupnya hanya sekitar Rp250 ribu. “Jadi kalau dibilang harga combro saya kemahalan, saya kira itu keliru,” katanya.
Melihat minat konsumen yang semakin besar ini, ke depannya, Atmaja berencana membangun pabrik yang mampu menghasilkan 3.000–4000 combro per hari, dengan syarat singkong selalu tersedia.
Demikan pula dengan jumlah tenaga kerja yang bertugas menggulung parutan singkongnya harus diperbanyak. Lantas, untuk variasinya produknya akan ditambahkan misro, pisang goreng, tempe goreng, dan tahu goreng Sumedang, “Untuk sementara ini, saya hanya ingin memiliki ruangan khusus berukuran 4 x 4 meter untuk mengganti gerobak ini dan terus berusaha menjaga mutu produk.
Karena, sesepele apa pun pekerjaan itu, tidak ada yang boleh dikerjakan dengan main-main, termasuk dalam membuat combro,” tegas Atmaja yang belum berani membuka cabang di Jakarta. Memang hanya combro, tapi dengan berbagai terobosan dan inovasi, maka makanan “kelas rakyat” ini akan diminati orang dan tentu menjadi peluang bisnis yang menjanjikan
posted by giomustbebetter pd 12:58 AM 0 komentar
Talas sampe ke jepang
Saudara-saudara, jangan bingung cari lahan bisnis baru. Mari kita tanam talas sebanyak-banyaknya karena, pasarnya masih terbuka lebar di Jepang.
Diberitakan, bahwa satoimo (talas) yang merupakan salah satu komoditas makanan daerah tropis bakal menjadi primadona ekspor baru Indonesia. Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang yang dibentuk atas inisiatif Kadin Indonesia Komite Jepang, telah melakukan ekspor perdana setelah persiapan selama tiga tahun. “Setiap bulan akan diekspor 25 ton satoimo yang oleh pembeli, Global Seafood Limited, akan langsung dimasukkan ke supermarket-supermarket di Jepang,” ujar Ariful Y. Hidayat. Ketua Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang. Demikian dilaporkan CPAS, beberapa waktu lalu. Berita ini tentu saja mengingatkan kembali orang akan nilai ekonomis talas yang selama ini kurang serius dilirik Indonesia, padahal potensinya sangat besar dan hampir semua wilayah di Indonesia , talas agak mudah dibudidayakan.
Talas merupakan tanaman pangan yang bersifat menahun. Dilihat dari asal muasalnya, talas yang mempunyai nama lain Taro, Old cocoyam, Dash(e)en, dan Eddo(e) ini berasal dari Asia Tenggara, yang lalu menyebar ke Cina dan Jepang. Lantas, kembali lagi ke Asia Tenggara dan beberapa pulau di Samudra Pasifik.
Di Indonesia, tanaman yang di beberapa negara dikenal dengan nama Abalong (Filipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaysia), Satoimo (Jepang), Tayoba (Spanyol), dan Yu-tao (Cina) ini, bisa dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan yang terletak 1000m di atas permukaan laut (sumber lain mengatakan 1.300 m di atas permukaan laut, red.) baik liar maupun dibudidayakan.
Bogor dan Malang merupakan kota-kota yang “ditunjuk” untuk “mengembangbiakkan” talas. Berbagai jenis talas terdapat di Kota Hujan ini, seperti talas sutera, talas bentul, talas ketan, talas paris, talas loma, talas pandan, dan talas lampung. Di sini juga dapat dijumpai talas mentega atau talas gambir atau talas hideung. Perlu diketahui, selain talas-talas yang telah disebutkan di atas, juga terdapat talas yang biasanya tidak dikonsumsi karena rasanya tidak enak atau gatal, seperti talas bolang. Selain itu, juga talas sente yang lebih sering digunakan untuk pajangan, sedangkan daunnya lebih banyak dipakai untuk makanan ikan. Sekadar informasi, berdasarkan data yang diperoleh, jumlah total produksi talas pada 1999 di Bogor mencapai 17.699 ton/tahun.
Secara komersial, talas bentul merupakan talas yang paling banyak dibudidayakan di kota ini. Sebab, talas yang rasa umbinya enak dan pulen ini, sangat cocok bila digoreng atau dibuat keripik dan hasil panennya banyak. Di samping itu juga talas loma. Budidaya talas loma dan diversifikasi produk olahannya, telah dilakukan oleh Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), sebagai pelaksanaan kegiatan Iptekda LIPI dengan memperbanyak bibit loma secara cepat dan massal.
Beberapa hal yang perlu diketahui bahwa untuk membudidayakan talas yaitu lingkungannya harus bersuhu 21° C–27° C, dengan kelembaban udara 50%–90%, adanya sinar matahari langsung, dan curah hujan 2.000 mm/tahun. Pada kondisi optimal, hasil produksi komoditi andalan Kota Bogor ini dapat mencapai 10 ton/hektar. Di sisi lain, talas gampang ditanam di hampir semua jenis tanah dan juga dapat ditumpangsarikan.
Di samping dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan karena mengandung karbohidrat tinggi, protein, lemak, dan vitamin, tanaman yang mengandung asam perusi atau asam biru ini, juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Ambil contoh, umbi dan pelepah daunnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat, dan pembungkus. Daun, sisa umbi, dan kulit umbinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasikan. Di luar itu semua, karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai dengan lahan kering, tanaman ini bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan dan penghijauan.
IPB mengubah talas menjadi produk bernilai tambah yaitu dengan mengembangkan suatu formulasi makanan sarapan cepat saji dengan rasa cokelat dan vanila yang gurih dan lezat, dengan menggunakan metode pengeringan. Produk yang dihasilkan berbentuk remah-remah kering berwarna putih kekuningan. Penyajian produk tersebut dilakukan dengan penambahan air hangat.
Dalam perkembangannya, talas bukan lagi makanan kampung. Pasalnya, Amerika Serikat dan sejumlah negara Uni Eropa kian menggemari talas dalam bentuk tepung. Demikian pula dengan Jepang, yang selama ini kebutuhannya dipasok oleh Cina. Saat ini, di negara-negara tersebut telah muncul pasar keripik talas loma yang berasal dari Hawai. Kondisi ini membuat peluang kita untuk mengekspor keripik talas, cukup besar. Apalagi, budidaya talas mudah dilakukan dan tidak bersifat musiman.
Kembali ke peluang pasar tadi. Peluang ekspor talas semakin terbuka di jepang karena produksi satoimo di Jepang terus menurun akibat biaya produksi terus meningkat. Selain itu, juga karena faktor musim yang tidak memungkinkan petani Jepang menanam satoimo sepanjang tahun. Rahedi Soegeng, Direktur Eksekutif Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang, mengatakan,”Konsumsi satoimo di Jepang mencapai 3 kg per kapita/tahun. Dengan asumsi, penduduk Jepang sekitar 120 juta, sehingga kebutuhan satoimonya mencapai 360 ribu ton/tahun “, kata Soegeng. Sekadar informasi, sejak 1996, produksi satoimo terus menurun hingga 250 ribu ton. Akibatnya, ada kekurangan pasokan sebanyak 110 ribu ton, yang dipenuhi dengan mengimpor dari Cina yang mampu memasok 65 ribu ton/tahun. Berkaitan dengan itu, masih ada peluang bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan itu sebanyak 45 ribu ton.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, Ariful menargetkan lahan satoimo seluas 70 hektar yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah dengan melibatkan petani setempat. Pada 2007, diharapkan ladang satoimo dapat meningkat menjadi 1.000 hektar. “Dan, pada 2008 bisa meningkat menjadi 3.000 hektar sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Jepang,” katanya.
Bila satu hektar lahan satoimo, Ariful melanjutkan, dikerjakan oleh lima petani, maka jika target 3.000 hektar lahan dapat direalisasi, bisnis ini dapat menyerap 15 ribu petani. Itu belum termasuk kebutuhan tenaga kerja pengolahan yang mencapai 11.250 orang.
ANALISIS USAHA
Analisis budidaya talas dengan lahan seluas 400 m2
dalam satu musim tanam (7 bulan) di daerah Bogor
pada 1999 oleh Institut Pertanian Bogor (IPB):
A. Biaya produksi
1.Sewa lahan Rp200.000,-
2.Bibit: 5.000 batang @Rp150,- Rp250.000,-
3.Pupuk: Urea 10 kg @Rp1.500,- Rp 15.000,-
4.Pestisida: Pembasmi serangga 1 botol Rp 25.000,-
5.Peralatan: Cangkul Rp 20.000,-
6.Tenaga kerja: Mencangkul lahan 3 OH @Rp10.000,- Rp 30.000,-
Menanam bibit 2 OH @Rp10.000,- Rp 20.000,-
7.Panen dan pascapanen: Panen 2 OH @Rp10.000,- Rp 20.000,-
Jumlah Rp 580.000,-
B. Pendapatan: 5.000 batang @Rp200,- Rp1.000.000,-
C. Keuntungan Rp 420.000,-
posted by giomustbebetter pd 12:55 AM 0 komentar
bengkel
09-03-2006, 07:12 AM
Martin “ Jual Konsep” Bengkel Motor HiTech
Bengkel motor biasa saja, sebenarnya sudah bisa menguntungkan, di tengah semakin meningkatnya pemakai sepeda motor. Dengan sedikit tambahan investasi untuk peralatan high tech, maka derajad bengkel motor Anda sudah layak disejajarkan dengan bengkel besar milik Yamaha, Honda dan lain-lain.
Setiap bisnis pasti membutuhkan modal, tetapi tidak benar bila tanpa modal (uang) bisnis tidak dapat berjalan. Seperti dua sisi mata logam, kalimat tadi bisa terdengar bombastis oleh orang baru akan memulai membuka bisnis. Sebaliknya barangkali menjadi klise bagi yang telah malang-melintang dalam rimba dunia usaha. Kedua anggapan bisa jadi benar, tergantung dari sudut mana arah memandang.
Apa yang dijalankan oleh Hendry Martin, pengelola bengkel sepeda motor bernama Dysha Motor Sport, di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan boleh menjadi contoh, satu di antara sekian ribu orang yang membuka usaha tetapi tidak ingin pusing urusan modal investasi. “Saya gila motor sejak dari kelas tiga SMP, ikut berbagai balapan motorcross, road race dan sebagainya sampai berhenti tahun 2002,” ceritanya mengawali tentang latar belakang usaha bengkel tersebut.
Martin pertama kali membuka bengkel sepeda motor pada tahun 2003 dengan modal Rp 20 juta. “Saya katakan bengkel yang tidak ada isinya,” tukasnya. Disebutkan, dari modal sebesar itu Rp 5 juta digunakan untuk membeli kompressor dan peralatan bengkel. Sisanya adalah untuk melengkapi spare part dan aksesoris tetapi hanya yang bersifat fast-moving spare parts , alias barang cepat laku. Seperti kaca spion, sticker, pedal cover dan barang lain yang sifatnya pendukung estetika sebuah motor.
Dari pengalamannya tersebut, Martin memiliki keinginan mengembangkan bengkel motornya agar tidak sekadar sama seperti bengkel sepeda motor yang ada. Dengan latar belakang hobi berikut komunitas motor yang diikutinya, costumer yang datang ke bengkelnya kebanyakan adalah para anggota klub serta komunitas motor yang jumlahnya ribuan. Konsumen ini, selain jumlahnya bertambah banyak, juga layanan yang dibutuhkan tambah beragam. Dari sekedar, ganti oli hingga memodifikasi bentuk fisik motor.
Seiring membanjirnya konsumen, plus kecepatannya dalam menggarap kebutuhan klien membuat bengkelnya semakin kondang. Bengkel kecil miliknya akhirnya menempati urutan teratas dari beberapa bengkel yang direkomendasikan oleh klub-klub motor, seperti Tiger, Scorprio 150 CC, Ninja dan sebagainya. Saking ramainya konsumen, khusus pada hari Sabtu dan Minggu bengkelnya buka selama 24 jam. Ia pun laris manis diminta menjadi pembicara dalam event sepeda motor yang diselenggarakan oleh motor bike clubers .
Potensi pasar yang lebih besar sering diperolehnya jika melayani para pemilik dan penggemar motor besar. Buka apa-apa. Biasanya mereka –yang rata-rata berkantong tebal—meminta layanan yang aneh-aneh. Enaknya sekali datang para big bikers ini tidak segan-segan merogoh saku cukup dalam, bila memang merasa puas. “Ada yang mengerti mesin, ada yang tidak, dan kita ngomongnya selalu jujur karena long-term relationship yang dicari, sehingga pernah kita dibayar Rp 2 juta hanya untuk servis kecil,” kisahnya.
Kalau begini-begini terus, Martin beranggapan kelangsungan bisnisnya tetap terjaga. Apalagi kalau hanya sekedar cari makan. Dia bermimpi agar satu saat bengkelnya jadi besar. “Kemudian saya berkeinginan membuka bengkel yang bagus. Tetapi masalahnya saya tidak pegang duit, tetapi saya punya konsep,” ujarnya. “Besar” yang dimaksud Martin tentu saja relatif bagi banyak orang. Tetapi setidaknya dalam benaknya, bengkel motor itu dikatakan besar jika peralatan pendukungnya benar-benar yang high-tech . Itu berarti perlu invetasi untuk membeli peralatan yang dimaksud.
Terus, kalau sudah ada investasi untuk membeli peralatan, maka langkah selanjutnya adalah adalah memberikan layanan yang total kepada konsumen atau lazim disebut one stop service. “Fokusnya begitu orang datang servis motor, terus mereka menginginkan bikin costum macam-macam, semuanya bisa dikerjakan di bengkel tersebut. Kalau ada yang mau bubut kita punya mesin bubut, kalau mau dipres kita punya mesin pres, kalau ingin tes performance kita punya engine performance testing,” paparnya.
Namun pria kelahiran Padang ini mengatakan, bahwa dana yang mesti dikeluarkan buat semua hal di atas tidaklah sedikit. Ia memperkirakan modal pengadaan alat-alat mencapai Rp 500 juta, belum termasuk lahan. Sehingga total yang dibutuhkan kurang-lebih sebesar Rp 600 juta. Akhirnya untuk mewujudkan konsepnya itu, selama setahun dia menyusun road map secara detil termasuk mengenai bentuk pengembangan usaha nantinya. Sedangkan bengkel miliknya yang dia pergunakan sebagai semacam prototipe. Hasilnya, seorang rekannya sangat tertarik mendanai berapa pun modal yang dibutuhkannya dengan sistem bagi hasil.
Martin optimis, dibutuhkan waktu tidak terlalu lama untuk mencapai break event point. Dikatakan bahwa selama ini dengan sistem manual, seorang mekanik hanya dapat memegang satu buah motor. Sebaliknya dengan memakai injeksi mesin, alat tinggal dicolokkan ke mesin, kompressor lalu dihidupkan, akan bekerja otomatis dan selesai dalam waktu 15 menit. Sementara itu pula bisa ditinggal untuk menggarap motor yang lainnya. Bila dianggap waktu efektif satu hari rata-rata 6 jam saja, dengan memiliki 2 buah alat, berarti dalam setiap jam mampu menggarap 8 buah sepada motor. Jika saja tariff servis rata-rata dikenai Rp 60 ribu, maka diperoleh Rp 60 ribu X 8 X 6 = Rp 2,88 juta per hari, atau Rp 86,4 juta per bulan hanya dari pendapatan servis. Belum untuk jenis layanan yang lainnya serta penjualan spare part dan aksesorisnya. “Paling lama dua tahun, sudah balik modal” ucapnya yakin.
Ia juga menegaskan bahwa rencananya tidak berhenti sampai di situ. “Pada tahun 2007 nanti, kita targetkan sudah memiliki lemabaga R&D (Research and Development),” ungkapnya. Dengan layanan tersebut maka Dysha akan sanggup melayani apa pun keinginan costumer. Baik memenuhi permintaan segala macam bentuk modifikasi bentuk, akselerasi, atau pun sekedar memperbaiki kendaraan yang cacat karena kecelakaan sehingga bisa tampil utuh seperti kendaraan baru. “Termasuk melakukan produksi bermacam-macam bentuk tools dan sebagainya,” tambahnya.
Diakui Martin, bahwa gagasan tersebut belum sepenuhnya terlaksana. Minimal mengamati perkembangannya, ia yakin angin keberuntungan berada di pihaknya. “Pada saat ini saya sudah punya costumer tetap, saya telah memegang kepercayaan, dan pelanggan tidak bakal lari kalau kita tidak buat kesalahan,” tandasnya. Maka untuk menjaga loyalitas konsumen, selain layanan yang profesional juga melalui pendekatan personal. “Anggota club atau pun komunitas berjumlah ribuan, satu orang pelanggan akan mengajak teman-temannya yang lain,” kilahnya. Well begun is half done!
posted by giomustbebetter pd 12:54 AM 0 komentar
Dobbi Fried Chicken
Setelah sempat terseok-seok, Irawan kini sukses mengelola bisnis ayam goreng. Dobbi, gerai ayam goreng yang dikelolanya kini telah menyebar ke beberpa kota di Jogja, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dari peternak ayam hingga penjual daging. Inilah yang dilakukan pengusaha muda dari Jogja, Irawan Kusumo W (30). Di kalangan peternak ayam di kabupaten Sleman (DIY) lelaki bertubuh tinggi besar ini, bukan sosok yang asing lagi. Maklum dia memang pernah menjadi salah satu pemain besar dalam bisnis peternakan ayam ras di sana.
Selain dikenal sebagai peternak ayam, Irawan belakangan memang sibuk mengembangkan bisnis pengolahan daging ayam. Selain mensuplai kebutuhan untuk horeka (hotel, restoran, dan kafe) yang ada di sekitar propinsi DIY, dia juga menjual ayam goreng fried chicken dengan brand name Dobby. Walau terbilang pendatang baru, ayam goreng Dobbi, telah berhasil menarik perhatian para penikmat makanan cepat saji. Ini terlihat dari perkembangan gerai membiak. Jika tak sempat ke Jogya, “Dobby” bisa juga ditemukan di Solo dan Wonogiri dan Kediri.
Untuk membiakkannya Irawan bermitra dengan para pemilik modal untuk membuka usaha ayam goreng tersebut. “Kalau hanya sekedar mengejar jumlah outlet kami tentu sudah banyak, karena telah ada puluhan orang berminat bergabung,” kata bapak dua anak ini.
Menurut pengakuannya, telah banyak pemilik uang yang serius mengajak kerjasama, tapi sebagian tidak bisa dipenuhi. Selain karena lokasi usaha yang kurang strategis, juga karena sikap sebagian peminat yang hanya sekedar setor modal alias menjadi investor pasif saja. Mereka inilah yang hanya ingin menyerahkan modal, tapi tidak mau terlibat mengelola atau mengembangkan usaha. Sementara, bagi Irawan keterlibatan pemilik modal dalam operasional merupakan salah satu persyaratan. “Paling tidak untuk tahap pengembangan awal mereka harus terlibat, walaupun setelah berjalan baik diserahkan kepada orang lain yang dipercaya,” tandasnya.
Irawan memang memiliki konsep bukan sekedar bisnisnya berkembang pesat, tapi ia juga ingin menebarkan semangat kewirausahaan bagi orang lain. “ Konsep kami, investor harus ikut mengelola usaha, agar mereka punya keterikatan emosional dalam berbisnis,” ungkap salah satu pengelola Enterpreneur University (EU) di Solo ini.
Menurut Irawan, ia membidik konsumen yang gemar makan fast food. Untuk menghasilkan makanan yang menurutnya sangat enak dan sehat, dia tidak memanfaatkan MSG ( monosodium glutamate) atau vitcin. “Saya berani jamin, produk kami benar-benar bebas penyedap rasa dari vitcin,” paparnya. Dan yang penting, renyah dan gurih, seperti layaknya kita menyantap ayam goreng dari manca negara.
Untuk menciptakan hasil gorengan ayam yang benar-benar cocok di lidah konsumen, Irawan mengaku dibantu seorang koki yang pernah bekerja di sebuah restoran cepat saji ternama. “Untuk menciptakan rasa yang cocok di lidah kebanyakan orang Indonesia, saya memang melibatkan koki alumni dari resto ayam goreng yang cukup terkenal,” tutur kelahiran 19 Februari 1976 tersebut.
Bagi mereka yang berminat mengembangkan bisnis resto ayam goreng, agaknya ayam goreng Dobbi bisa menjadi alternatif pilihan yang menarik. Sebab untuk membuka usaha ini, tidak diperlukan modal besar. Ada tiga pilihan paket investasi yang ditetapkan, masing-masing senilai Rp 9.5 juta, Rp 14.5 juta dan Rp 45 juta. terserah pemilik modal mau memilih paket yang mana.
Untuk paket pertama, mitra kerjasama akan mendapat counter berikut alat produksi,dari majic jar, kompor hingga peralatan penggorengan. Paket tersebut memang khusus bagi mereka yang ingin mengambil counter berikut alat produksi saja. Mereka bisa mengerjakan sendiri pembuatan desain gerai sesuai dengan gambar yang sudah ditentukan. Tapi bila ingin beres, bisa mengambil paket kedua karena selain dapat paket pertama, dengan menambah dana sekitar Rp 5 juta, anda cukup duduk manis karena semua pengerjaan desain akan digarap oleh tenaga khusus yang sudah profesional di bidangnya.
Seperti disebutkan di atas, Dobbi tidak sekedar menjual produk ayam goreng saja, tapi menawarkan alternatif tempat makan yang santai dengan menu spesial ayam fried chicken dan burger. Untuk itu, gerai harus didesain sedemikian rupa agar tampil menarik, bukan sekedar supaya enak dipandang tapi juga nyaman untuk disinggahi. Ada standar baku untuk tampilan counter, meja dan kursi makan, hingga warna cat sampai bentuk brand identity-nya.
Memiliki lokasi tanah, memang menjadi persyaratan untuk mereka yang ingin membuka usaha Ayam Goreng Dobbi. Tidak harus tanah sendiri, tapi bisa sewa asal lokasinya strategis untuk bisnis. Ukuran mininal lokasi usaha sekitar 5 X 7 meter. Untuk disain bisa dibuat sendiri karena pihak manajemen sudah menyediakan panduan berupa gambar. Tapi kalau ragu-ragu, bisa menyerahkan kepada manajemen untuk mengerjakannya.
Menurut Irawan, prospek bisnis yang kini digelutinya sangat cerah. Apalagi belakangan telah menjadi trend di masyarakat bahwa makan bukan lagi sekedar mengisi perut, tapi telah berkembang menjadi trend bagian dari gaya hidup. Karena itulah, ia membuat konsep gerainya berpenampilan seperti kafe dimana orang yang datang akan bisa duduk santai. Sambil cuci mata juga oke kok.
Sangat wajar bila Irawan merasa optimis bahwa bisnisnya akan berkembang cukup bagus. Sebagai pengusaha Irawan benar-benar berangkat dari nol. Sejak masih duduk di bangku SMA dia sudah mandiri. Padahal kalau mau dia cukup bisa minta fasilitas dari orangtuanya yang sempat menjadi salah satu pejabat di Mabes Polri. “Sejak kecil saya sudah dididik untuk mandiri,” katanya anak pertama dari tiga saudara ini.
Irawan mengaku, sewaktu masih duduk di SMA ia sudah biasa mencari penghasilan dengan cara menjadi sopir angkutan. Ia juga pernah mencoba berbisnis sembako. Saat kuliah di D3 Elektro UGM, ia mendapat kepercayaan untuk mengelola peternakan ayam. Itu terjadi tahun 1998 lalu ketika krismon sedang ganas-ganasnya melanda negeri ini. “Tanpa jaminan apa-apa saya dipinjami dana delapan puluh juta untuk membuat peternakan ayam,” katanya.
Mendapat amanah seperti itu, Irawan berusaha menjalankannya dengan sebaik mungkin. Ia tidak mau mengecewakan pemilik modal. Dengan modal tersebut, ia membangun peternakan ayam di kawasan Sleman. Dari ayam ribuan, akhirnya ia berhasil mengembangkan menjadi ratusan ribu ekor ayam.
Pengalaman mengelola peternakan ayam tersebut, membuat kepekaan bisnis Irawan kian terasah. Baginya, bisnis peternakan merupakan bisnis yang penuh resiko. Bila tidak ditata dengan manajemen yang cukup baik, bisa-bisa bisnisnya akan berantakan. Kenyataan ini sempat dialaminya, karena orang yang kepercayaannya ternyata tidak bisa menjalankan tugas yang telah diserahkan dengan baik. “Saya sempat terpuruk mengalami kerugian ratusan juga rupiah,” cerita Irawan.
Tapi menurut Irawan, kehancuran bisnis peternakan ayam tidak semata-semata masalah internal perusahaan, tapi juga disebabkan faktor internal yang berkaitan dengan kebijakan pemerintahan yang tidak tegas dalam soal impor daging ayam dari luar negeri. Itu terjadi tiga tahun lalu.”Sebelum isu flu burung kami sudah diserang badai ayam impor,” tukasnya.
Akibat banyaknya ayam gelap dari luar negeri yang masuk ke Indonesia tersebut, produk ayam Indonesia mengalami kemerosotan harga. Antara biaya produksi dengan hasil tidak imbang sama sekali. Untuk mengurangi kerugian tersebut, Irawan mencoba membuka usaha baru. Selain beternak, ia menjual mengolah sendiri daging tersebut untuk dijual langsung. Dengan berbagai cara, ia mencoba mempromosikan daging olahan tersebut. Ia lebih banyak memilih pasar hotel dan rumah makan. Ternyata upayanya membuahkan hasil. Ia bisa lega karena berhasil memasarkan ayam hasil peternakannya sendiri. “Paling tidak saya bisa meminimalkan kerugian,” ucapnya.
Dalam waktu yang tidak lama, Irawan berhasil menguasai puluhan rumah makan kafe dan hotel. Tapi persoalan kemudian muncul, karena mereka hanya memilih bagian tertentu dari daging ayam tersebut. Tegasnya, ada beberapa bagian seperti paha kepala dan sayap yang kurang peminat. Namun lelaki kelahiran Kediri, Jatim ini tidak kekurangan akal. Ia mencoba menjual paha, kepala dan sayap tersebut dalam bentuk fried chicken. Semula produk itu dijual keliling dengan gerobak sepeda.
Tapi sistem penjualan dengan gerobak kemudian ditinjau ulang karena dinilai tidak feasible secara bisnis. Antara hasil dan biaya operasional tidak imbang. Karena itulah, Irawan mulai melirik untuk mendirikan rumah makan dengan menu tetap fried chicken ditambah dengan aneka minuman pendukung. Maka lahirlah ide untuk mendirikan ayam goreng Dobbi. Tidak disangka, ketika dibuka pertama di kawasan Seturan, Jogja, sambutan masyarakat sangat bagus. Dari sinilah, Irawan mulai menyiapkan sistem manajemen karena ada beberapa konsumennya yang tertarik untuk bekerja sama membuka gerai baru.
Sulastri (34) yang membuka gerai di samping markas Polresta Solo, agaknya salah satu mitra bisnis yang sudah menikmati untuk dari ayam goreng Dobbi. Menurut pengakuannya sejak dibuka enam bulan lalu omset penjualannya lumayan. “Semakin hari omset kami terus meningkat,” kata Sulastri. Sulastri yang kini mempekerjakan dua orang karyawan optimistis tidak sampai satu tahun akan segera balik modal. ia juga berniat untuk membuka lokasi baru setelahy kesuksesan di lokasi yang pertama.
posted by giomustbebetter pd 12:52 AM 0 komentar
minimart non F
Bisnis Convenience Store Mini Market - Non Franchise -
Berikut sample hitung hitungan bisnis mini market yang own brand alias non franchise..
Di lokasi strategis dengan loyalitas konsumen sekitar 300 orang an per hari, ini konservatif banget, bisa lebih bisa kurang
MINI MARKET KAFE GAUL
-------------------------------------
Asumsi Luas 10 X 20 M2
A. Investasi Awal Di Luar Bangunan
- Peralatan Rak Double dan Single
Komputer, Meja Dll Rp 90,000,000
- Renovasi Rp 20,000,000
TOTAL = Rp 110,000,000
B. Belanja Barang Pertama Buka Rp 200,000,000
C. Biaya Rutin Bulanan
1.) Gaji Karyawan ( 6 Orang ) = Rp 5,000,000
2.) Listrik & Telepon = Rp 3,000,000
3.) Bensin, Perjalanan, Kantong Kemasan = Rp 1,000,000
4.) Lain Lain Rp 500,000
TOTAL = Rp 9,500,000
D. Belanja Stock = Rp 160,000,000
E. Penjualan (Asumsi 300 Orang Sehari)
Rp 20,000 x 30 Hari = Rp 180,000,000
Maka, Laba Bersih Rata Rata = E - D - C = Rp 10 Jutaan
posted by giomustbebetter pd 12:47 AM 0 komentar
VCO dunia maya
Anda tidak perlu bermodal gede untuk menjadi pedagang. Dengan menjadi perantara perdagangan melalui dunia maya, Anda bisa menjalankan bisnis yang menarik. Seperti yang dilakukan Al Arif yang mengelola 25 situs dagang dunia maya. Salah satu situsnya www.tokomesin.com cukup menuai hasil.
Ingin bisnis bermodal kecil dan dalam waktu singkat menghasilkan uang puluhan juta rupiah ? Itulah yang dilakoni oleh Al Arif lewat bisnis toko mesin on line. Mengaku mengawali bisnisnya pada Januari 2005 dengan modal hanya Rp.7.000.000,- saat ini belum sampai setahun bisnisnya berjalan keuntungan bersih yang diperolehnya berkisar antara Rp. 7.000.000,- sampai Rp. 20.000.000,- per bulan.
Mengawali kegiatannya sejak beberapa tahun lalu dengan mengelola beberapa situs dagang on line, Arif mulai melirik peluang berdagang mesin lewat internet setelah survey pasar dalam dunia maya yang dilakukannya menunjukkan bahwa banyak pengunjung internet mencari berbagai produk mesin. Arif lantas mencari produk yang dimaksud di pasaran nyata. Dari pencariannya, ia mendapati bahwa para produsen mesin ( bengkel yang mampu membuat / memproduksi mesin ) kesulitan untuk memasarkan produk mereka. Jadilah Arif menjembatani antara keinginan konsumen dan produsen melalui situs dagang on line yang diusungnya lewat bendera www.tokomesin.com. Situs dagang ini dikunjungi lebih dari 5000 orang setiap bulan, dari berbagai segment pasar. Selain perorangan, pengunjung toko mesin.com juga dari perusahaan – perusahaan, bahkan banyak diantaranya yang berasal dari lembaga – lembaga pemerintahan. Para pengunjung ini berasal dari berbagai daerah seluruh Indonesia dan manca negara.
Meski semula hanya ‘dagang’, Arif tak lantas hanya mengandalkan pada adanya jenis – jenis mesin yang telah ada di pasaran dan kemudian menjualnya kepada kosumen yang membutuhkannya. Tetapi Arif lebih cenderung membaca keinginan konsumen dan berusaha memenuhinya dengan pola kerjasama dengan para bengkel mitra kerjanya, meskipun kadang itu berarti harus menciptakan mesin–mesin baru atau mengkombinasikan berbagai mesin yang ada menjadi mesin baru untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda. “Tidak semua mesin yang ada di pasar sudah memenuhi kebutuhan konsumen. Kadang saya harus mencari tahu mesin apa yang dibutuhkan oleh konsumen, kemudian menterjemahkannya kepada bengkel untuk dibuatkan mesin-mesin yang dimaksud. Misalnya untuk mesin pembuat VCO atau virgin coconut oil, diperlukan inovasi – inovasi produk agar dari mesin – mesin yang sudah ada bias digunakan.” Jelas Arif. Untuk itu, Arif menggandeng empat bengkel untuk mewujudkannya. Arif sendiri mengaku tidak memiliki pengetahuan secara khusus tentang mesin, karena ia berlatar belakang ilmu kedokteran. Namun hal itu tidak menjadi kendala yang berarti , yang dibutuhkan hanyalah tim yang solid – dalam hal ini bengkel pembuat mesin - yang mampu menterjemahkan keinginan konsumen.
Bergelut di bidang bisnis mesin, orang awampun tentu tahu bahwa hal itu memrlukan modal yang cukup besar. Harga mesin yang paling murah tentu berkisar di ratusan ribu. Sedang yang mahal bisa mencapai angka puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Menyiasati hal ini Arif tak kurang akal. Penawaran melalui internet hanya membutuhkan foto – foto produk tanpa perlu ketersediaaan produk asli. Dari kematangan proses negosiasi di internet inilah Arif kemudian baru membuat mesin yang dipesan. Itupun konsumen sudah membayar downpayment 50%. Alhasil hampir tanpa mengeluarkan modal Arif sudah bisa mendapatkan keuntungan. “Pada prinsipnya saya mencari konsumen terlebih dahulu, baru kemudian memproduksi mesin yang diinginkan konsumen. Jadi konsumenlah yang menalangi dana terlebih dahulu.” terang Arif menjelaskan strategi bisnisnya. Melalui strategi itu Arif berhasil menjual mesin rata – rata 5 sampai 10 mesin perbulan. Sedangkan di toko onlinenya dia memajang lebih dari 100 jenis mesin dari berbagai ragam kebutuhan seperti mesin untuk membuat keripik buah, mesin pemeras buah, mesin pembuat VCO dan lain – lain.
Arif mengaku sangat enjoy menikmati bisnisnya. Bisnis yang dilakoninya tidak menuntut kerja keras yang berlebihan. Ia cukup hanya membuat website untuk menawarkan produknya, dan jadilah toko yang buka 24 jam tanpa harus ada SPG khusus untuk menjaga atau mempromosikannya. Kenikmatan membuka bisnis on line itu tidak hanya dilakukannya melalui www.tokomesin.com, tetapi ia sudah terlebih dahulu membuka situs sejenis lebih dari 25 buah. ‘Toko – toko’ miliknya itu tak hanya berjualan barang nyata seperti busana, obat – obat herbal dan lain – lain, tetapi juga menjual produk – produk maya seperti e-book, ataupun soft ware yang ditransfer langsung via internet. Bahkan bisnisnya yang satu ini sudah dilakoninya sejak lama, melalui CV. Maksindo Cipta Utama.
“Berbisnis lewat internet adalah solusi paling mudah dan murah. Kita hanya perlu investasi beberapa ratus ribu untuk pembuatan situs. Setelah itu semua akan berjalan secara otomatis, selama 24 jam sepanjang tahun, tanpa perlu menggaji penjaga khusus.” ungkap Arif. Arif sendiri merasa cukup punya 4 pegawai. Itupun lebih cenderung untuk menangani bidang keuangan dan administrasi. Pengalamannya di bisnis on line inililah yang membuatnya berbisnis mesin. Mesin – mesinnya kini telah merambah sampai manca negara seperti Mesir dan Malaysia.
Berbisnis di dunia maya walaupun nampak mudah, namun menurut Arif memiliki keunikan tersendiri. Apabila pebisnis tidak tahu cara mengelolanya, website tidak akan banyak berarti. Apalagi bagi pengusaha di Indonesia, rata – rata hanya membuat website ala kadarnya sehingga tidak bisa berinteraksi secara maksimal dengan konsumennya. Selain itu untuk barang – barang yang real – bukan maya – tetap diperlukan jaminan kualitas. Sebagai contoh, mesin – mesin dari www.tokomesin.com kualitasnya digaransi. Bahkan apabila pemakaiannya tidak menyalahi aturan mesin masih dapat diapakai terus hingga 10 tahun. Kualitas ini tetap diperlukan untuk dapat bersaing dengan produk-produk sejenis, karena bagaimanapun konsumen tetap mengutamakan jaminan kualitas.
Menyinggung persaingan dengan bisinis sejenis, Arif tidak merasa memiliki pesaing yang berarti. Meski ia sendiri tidak tahu apakah bisnisnya termasuk dalam 5 atau 10 besar dalam bisnis permesinan, ia optimis bahwa ia adalh peneydia mesin terlengkap. Namun Arif juga masih menyimpan obsesi untuk dapat membuat mesin- mesin secara nyata. Mesin – mesin itu diperlukan untuk dipajang di suatu show room, karena hal tersebut merupakan salah satu aspek penting untuk meyakinkan konsumen saat bertandang langsung lokasi. Untuk itu Arif membuka peluang bagi siapa saja yang ingin bergabung investasi dalam bisnisnya.
posted by giomustbebetter pd 12:44 AM 0 komentar
LP3I
Wingki Waluyo boleh disebut sebagai pemburu franchise sejati. Di usianya yang saat ini baru menginjak 27 tahun, ia sudah mempunyai 9 usaha waralaba (7 primagama, LP3I dn ILP masing-masing satu). Hebatnya lagi, seluruh usaha itu dibangunnya dalam waktu yang relatif singkat, dua tahun.
Naluri bisnis Wingki sebenarnya muncul setelah ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti tahun 2000. Berbeda dari rekan-rekannya yang berlomba-lomba mengirim lamaran ke berbagai perusahaan, Wingki malah membuka usaha bengkel di bilangan Jatibening, bekasi.
"Usaha bengkel bagus, tapi lambat perputarannya, saya ingin coba yang lain," ungkap Wingki. Untuk mengasah naluri bisnisnya, Wingki pun mengambil kuliah di Entrepreneur University (EU) yang dikelola Purdi E Chandra. Dari pelatihan selama tiga bulan yang menelan biaya Rp 1,1 juta inilah semua bermula.
"Kalau ingin bisnis tanpa perlu merintis dulu, ya waralaba,"ungkap Wingki. Namun, pria yang tengah menanti kelahiran putra keduanya ini dipusingkan oleh pilihan waralaba yang demikian banyak. Rupanya, ia kepincut dengan tawaran waralaba pendidikan.
"Selain ada unsur sosialnya, enaknya dari bisnis pendidikan kita bisa terima cash dimuka dari uang pendaftaran,"ujarnya. Bukan karena terbujuk oleh sang empunya EU, pilihan pertama Wingki jatuh pada Primagama. Jumlah Primagama yang lebih dari 300 kampus, menjadi jaminan baginya. Apalagi sebelumnya ia pun sudah mengonfirmasikan ke beberapa pemegang waralaba Primagama lainnya,-"Ternyata bisnis ini memang bagus. Banyaknya orang tua yang rela keluar uang banyak agar anaknya sukses di sekolah,"ujarnya.
Mei 2003 Wingki membeli hak waralaba Lembaga Pendidikan Primagama. Lokasi kampus pertamanya yang dipilih: Jl. Perumnas Raya Buaran BLOK a/97-99, Jakarta Timur, Disekitar lokasi ini, terdapat banyak sekolah (SD, SMP, SMU) yang menjadi target pasar Primagama juga ada yang survei lokasi memastikan potensinya bagus," kata Wingki.
Untuk memulai bisnis waralaba ini, Wingki mesti merogoh kocek Rp 500 juta untuk membayar Franchise Fee Rp 150 juta (kontrak 5 tahun), menyewa ruko tiga lantai dan modal kerja. Selain dari kantong pribadi, Wingki juga memanfaatkan pinjaman bank dan keluarganya.
Hanya dalam hitungan bulan, uang Rp 500 juta yang ia bayarkan sudah kembali di tangan. Maklum, triwulan pertama sudah mencetak omset lebih dari Rp 500 juta. Bayangkan, dalam dua bulan saja uang pendaftaran yang terkumpul mencapai Rp 500 juta. Hitungannya, dari jumlah peserta 500 orang dengan biaya pendaftaran Rp 1 juta/orang. Padahal, target kembali modal yang dicapai para franchisee Primagama lainnya rata-rata dua tahun.
Sukses dengan satu gerai, Wingki terus berekspansi. Keuntungan yang diraih diputar lagi untuk mendirikan cabang-cabang baru. Dalam dua tahun ia sudah punya 6 gerai tambahan. Lima di Jakarta: Rawamangun, Kampung Melayu, Penggilingan, Cipinang Jaya dan Rawasari, serta satu gerai di Semarang. Bahkan untuk cabang Rawamangun, Rawasari dan Semarang ia beli melalui cara ambil alih.
Dari perputaran uang yang ia dapatkan dari Primagama, ia juga membeli hak waralaba LP3I dan lembaga kursus bahasa Inggris, ILP. LP3I dibeli Wingki pada Juli 2004 secara take over senilai Rp 1,75 miliar, sudah termasuk franchise fee Rp 450 juta (kontrak 5 tahun). Sementara ILP yang ia buka di Cibubur September tahun lalu, franchise fee yang harus dibayarkan Rp 230 juta (kontrak5 tahun).
Buat Wingki, ambil alih lebih manguntungkan. Pasalnya, ia tidak perlu repot keluar biaya banyak untuk promosi lokasi kampus baru. "Muridnya juga sudah ada," katanya.Praktis untuk kampus yang sudah lama berdiri yang ia ambil alih urusannya tigal bagaimana mengelola uang pemasukan. Karyawan dan staf pengajar sudah ada termasuk manajemennya. Sebagai pemilik ia hanya menempatkan orang kepercayaan di bagian keuangan."Untuk menghindari fitnah," ujarnya beralasan.
Dengan 9 gerai yang dimiliki Wingki sekarang, ia bisa menikmati perputaran uang, paling tidak Rp 7 Miliar per tahun.
Wingki mengaku tidak banyak turun tangan mengelola waralabanya. Malah ia juga tidak punya ruang khusus di kampusnya. Semua urusan sudah ada yang mengelola, yakni kepala cabang. Kepala cabang inilah yang mengelola 6 unit kampus Primagamanya yang ada di Jakarta,mulai dari promosi dan pemasaran, hingga menyusun pembagian tugas mengajar, dan koordinasi dengan kantor pusat Primagama."Sebagai pemilik saya tinggal mengecek saldo rekening tabungan dari tiap pendaftaran yang masuk," ucapnya santai.
Peluang Bisnis Pendidikan Waralaba LP3I
(Lembaga Pendidikan Pengembangan Profesi Indonesia)
Bidang Usaha : Pendidikan
Tahun Berdiri : 1989
Mulai Waralaba : 1998
Jumlah Cabang : 29 cabang
Franchise Fee : Paket profession 75-150 jt, Paket college 250 - 350 jt
Opening Fee : -
Royalty : Paket Profession 6%, Paket college 10% + Biaya Manajemen 1.5 jt
Marketing Fee : Paket profession 4%, Paket College 8%
Investasi Awal : +/- Rp. 500 juta - 1.6 milliar
Persyaratan lain : -
Kontak Person : Hari Madya, Agus Warman
Alamat : Gedung Sentra Kramat Blok B6-B9, Jl Kramat Raya 7-9 Jakarta
Telephone : 021-3925450
Fax : 021-31925189
Franchise Fee Rp 250,000,000 (7 Tahun)
Sewa Gedung Rp160,000,000 (2 tahun)
Renovasi Gedung Rp 50,000,000
Perizinan & Peresmian Rp 5,000,000
Modal Kerja Pra- Operasional (persiapan 3 bulan) Rp 142,000,000
Sarana & Prasarana Belajar (utk 4 kelas) Rp 45,000,000
Sarana & Prasarana Lab Komputer (1 kelas) Rp 127,000,000
Sarana & Prsarana Pimpinan & FO ( 1ruang) Rp 60,000,000
Biaya Opersional (rata rata) Rp 136,000,000
Biaya Administrasi Umum & Kantor (rata rata) Rp 365,000,000
Fee Organisasi Rp 132,000,000
Marketing Rp 132,000,000
Iklan Rp 102,000,000
Total Biaya Mulai Dari Investasi Awal Hingga Siap Operasi
= 1,710 Milyar
Pemasukan Dari Siswa pertahun sekitar = 1,325 Milyar, jadi potensi profit per tahun adalah = 457,000,000
BEP sekitar 3,5 tahun
posted by giomustbebetter pd 12:43 AM 3 komentar
Nadu Itu Sehat
Bina Apiari Indonesia, selain memproduksi madu, giat memproduksi royal jelly, bee polen, dan propolis yang manfaatnya ternyata lebih banyak dari madu. Terbuka peluang kerja sama menjadi mitra bisnis yang saling menguntungkan.
Bicaralah soal manfaat madu. Semua manfaat positif akan keluar dari mulut mereka yang sudah mengkonsumsinya. Kandungan nutrisinya lengkap. Ada glukosa, fruktosa, enzym, vitamin, mineral, antibiotika, antioksidant. Sangat bermanfaat untuk memberikan energi ekstra bagi manusia, apalagi di jaman moderen sekarang ini. Belum fungsi kuratif untuk menyembuhan berbagai penyakit, kecantikan, estetika untuk kehalusan kulit. Manfaat madu juga sangat jelas diungkap dalam kitab suci Al Qur’an. Dalam An Nahl ayat 68-69 yang berbunyi : « ……dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia… ).
Ada lagi manfaatnya ?. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan anak-anak yang rutin mengkonsumi madu memiliki kecerdasan lebih dari pada anak yang tak diberi madu. Di Rusia dijumpai penduduk satu desa yang rata-rata mencapai umur diatas 100 tahun. Ternyata penduduk desa tersebut adalah peternak lebah dan mereka kerap mengkonsumsi sisa perasan madu yang. “Kotoran” saringan madu tersebut mengandung pollen, royal jelly dan propolis yang mampu meregenerasi sel mereka secara aktif sehingga mereka mencapai usia lanjut.
Menurut pemiliki Bina Apiari Indonesia (BAI), Ir. Bambang Soekartiko, perkembangan industri madu di Indonesia sangat menarik. Karena selain menghasilkan madu juga dapat memproduksi produk turunan lain yang tak kalah bermanfaatnya seperti bee pollen, royal jelly, propolis, lilin lebah, dan terapi sengat lebah. Bambang sendiri selain memproduksi madu, justru giat mengembangkan produk perlebahan lain yang sangat bermanfaat ini, karena selain manfaat kesehatan, nilai ekonomisnya juga tinggi. Bee pollen misalnya sangat bagus untuk mengembalikan kelelahan, menurunkan berat badan, meningkatkan kekebalan tubuh, merangsang kelenjar sex, sehingga bisa mengatasi impotensi. Royal jelly merupakan senyawa kompleks yang mempunyai kandungan gizi sangat lengkap, dan kompleks. Bermanfaat untuk antara lain menjaga kulit agar tidak cepat keriput dan kelihatan lebih muda dan menjaga sistem organ kita, sistem kelenjar dan sistem otak dalam keadaan baik. Propolis adalah getah tanaman yang dikumpulkan oleh lebah sangat bagus untuk antibiotik.
Bambang meyakinkan bahwa produk madu bisa diidentifikasi dari jenis bunga asal madu tersebut. Kemasan madu BAI ditampilkan sesuai dengan jenis bunga madu tersebut. Di production house dilakukan pembotolan dengan ukuran 900 mg, 400 mg, dan 250 mg, dan diberi label sesuai asal bunga : kapok randu, rambutan, eksekutif, multiflora, lengkeng, rambutan dsb. Atau di campur dengan royal jelly menjadi madu royal jelly atau madu super kemasan 400 mg dan 900 mg. Atau ditambah royal jelly dan pollen menjadi madu3 in one kemasan 400 mg.
Bambang mengakui baru belakangan ini mereka sangat serius memproduksi dan merancang strategi pemasaran untuk produk-produknya. Kapasitas produksi peternakan BAI pada saat ini dengan 300 koloni lebah super bisa menghasilkan 10 ton madu, 500 kg bee pollen, dan 100 kg royal jelly per tahun. Menurut rencana, tahun 2006 kapasitas produksinya akan ditingkatkan menjadi 500 koloni lebah sehingga ditargetkan produksi inti menjadi 25 ton madu/tahun, 1000 kg bee pollen dan 250 kg royal jelly. Dari peternak binaan atau plasma dapat di kumpulkan 100 ton madu, sedangkan bee pollen dan royal jelly dapat diatur sesuai permintaan pasar.
Menurut Bambang, kualitas madu dan turunannya yang dihasilkan IBAI memenuhi standard madu Indonesia dengan kadar air 21-23 % sesuai kondisi kelembaban udara di Indonesia. Untuk mencegah pemalsuan produk saat ini strategi bisnis yang dikembangkan Bambang dengan cara direct selling melalui Mobil Toko (MOKO) , pameran, melalui distributor/agen. “Sasaranya agar jarak antara konsumen dan produsen menjadi pendek untuk menjamin kesegaran madu dan pollen serta royal jelly sampai konsumen,”kata penerima Entrepreneur Agribusainess Award 2004, dari Departemen Pertanian dan Majalah Pengusaha ini. Bambang juga menawarkan kemitraan dan keagenan yang mau menjadi distributor dengan memberikan keuntungan 20%.
Untuk mengedukasi pasar dalam memperkuat strategi pemasarannya IBAI menyebarluaskan informasi untuk mengedukasi konsumen mengenai manfaat madu sebagai salah satu instrumen memecahkan masalah kesehatan bagi manusia. Penjelasan ini bisa diperoleh di sekitar mobil toko, pameran, atau datang ke rumah, atau dengan mengunjungi website, melalui iklan serta artikel di berbagai media masa.
Kerja keras Bambang mengembangkan madu nasional terlihat dari penghargaan yang diterimanya. Selain yang disebutkan di atas Bambang, pernah memperoleh Piagam penghargaan “Perintis Perlebahan Indonesia” dari Menteri Kehutanan dan Perkebunan tahun 2000. Pada tahun 1983 sampai 1993 terpilih sebagai Ketua Komisi Perlebahanm untuk Pembangunan APIMONDIA (Asosiasi Perlebahan sedunia)
“Madu kami dijamin lebih bermutu, karena lebih segar dan dicampur dengan royal jelly dan bee pollen dan dijamin murni. Motto kami adalah “The First” karena telah merintis usaha peternakan lebah sejak tahun 1974. The Best, karena quality control produk kami yang ketat. Different From Other karena kami tidak hanya menjual madu tapi madu plus royal jelly , pollen dan propolis yang manfaatnya jauh diatas produk madu yang beredar di pasaran,”kata Bambang berpromosi.
Untuk menunjang kontinuitas produksinya IBAI kini memiliki pusat produksi perlebahan di desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi. Selain itu mereka juga menjalin kerja sama dengan peternak lebah binaan yang tersebar di Desa Tlogowungu, Pati, Desa Tayu Kabupaten Jepara, Desa Pingit Kabupaten Magelang Jawa Tengah dan PTPN XII Pasuruan Jawa Timur serta peternak di Kabupaten Subang Jawa Barat. Sebuah peluang bisnis untuk menjadi peterenak dan menjadi distributor Inti Bina Apriari Indonesia
posted by giomustbebetter pd 12:38 AM 21 komentar
Peluang Bisnis Wedang Wayang yang bikin “greng”
Semakin banyak pebisnis yang memanfaatkan momentum “franchise booming” untuk mengembangkan bisnisnnya. Wedang Wayang yang menjual minuman tradisionalpun mencoba keberuntungan dengan menjual lisensinya. Buat yang berminat, tetaplah berhati-hati sebelum memutuskan untuk menjadi mitranya.
Bentuknya memang hanya berupa minuman tradisional yang terbuat dari bahan dasar kunyit dan temulawak. Tapi siapa sangka jika minuman tradisional yang dikemas dalam botol dengan merek Wedang Wayang ini, sudah semakin “greng” dan siap pula diwararalabakan.
Oktin L Siana, produsen minuman yang berasal dari kota Semarang tersebut memang tidak mengira bila bisnis yang semula sebagai usaha sampingan tersebut akan berkembang pesat. Selama ini, perempuan kelahiran tahun 1965 tersebut memang dikenal sebagai pengusaha salon kecantikan di kawasan Tanah Mas, Semarang. Disela-sela kesibukannya mengelola salon tersebut, ia mencoba meracik minuman tradional yang benar-benar memiliki khasiat untuk kesehatan.
Oktin memang memilih bahan dasar kunyit dan temulawak, karena kedua tanaman jenis umbi-umbian ini dari hasil penelitian para pakar mengandung curcumin yang terbukti sangat baik untuk kesehatan manusia. Tak mengherankan, jika di kalangan masyarakat umumnya, kedua jenis tanaman obat ini memang sudah cukup populer untuk bahan jamu. Bahkan dalam industri jamu, keduanya menjadi bahan baku utama.
Yang menarik, selama ini jamu dengan bahan dasar kunyit dan temulawak selalu diidentikkan dengan minuman dengan rasa pahit dan agak pengar (bau) . Namun ditangan perempuan yang satu ini, minuman tersebut menjadi nikmat dan penuh aroma. Untuk sampai pada tahap ini Oktin telah menemukan resep khusus untuk menghilangkan kedua rasa yang tidak banyak disukai orang tersebut. “Meski bahannya dari kunyit dan temulawak, saya jamin tidak akan ada lagi rasa pahitnya,” kata pemilik Salon Oktina ini.
Bagi Oktin, membuat minuman memang bukan barang yang asing lagi. Ketika masih kecil, ia sudah membantu kedua orangtuanya yang menggeluti bisnis makanan dan minuman tradisional di Semarang. Maklum ia memang berasal dari keluarga yang memang telah lama menggeluti produk makanan dan minuman tradisional. Bisnis makanan tradisional kedua orangtuanya tersebut sempat berjaya dan melahirkan beberapa merk yang populer di sekitar Semarang di tahun 1970-an. Namun bisnis ini bangkrut setelah sang bapak dipanggil Sang Khalik. “Sayangnya memang tidak ada yang tertarik untuk melanjutkan,” katanya.
Agaknya hanya Oktin saja yang tertarik mengikuti jejak sang bapak. Sejak tahun 1995-an, ia iseng-iseng membuat minuman tersebut. Pada awalnya, ia hanya menjual untuk kalangan terbatas khususnya untuk tamu yang biasa berkunjung salon kecantikan yang dikelolanya. Namun dalam perkembanganya ternyata banyak pengunjung salon yang merasa cocok dan menjadi pelanggan tetap bahkan juga membeli untuk oleh-oleh keluarga di rumah.
Dari situlah, ia terus menambah produksi dan mencari karyawan tetap untuk memproduksi secara khusus. Menurutnya, ia hanya menggunakan bahan yang benar-benar alami. Selain kunyit dan temu lawak ia menggunakan gula semut kualitas super dan ditambah dengan kremer. Selain itu, juga ada tambahan lain untuk menghilangkan rasa pahit, namun ia merahasiakannya. Oktin juga menjamin produknya tidak menggunakan bahan pengawet, karena itulah, paling lama hanya bisa bertahan empat hari. Itupun dengan perlakuan khusus.
Rasanya yang enak menyegarkan, menjadi alasan utama kenapa banyak konsumen yang merasa cocok dengan produk minumannya. Setelah banyak konsumen yang merasa cocok, Oktin kemudian membuat kemasan khusus botol dan diberi label Wedang Wayang. Dengan pemberian label ini, ternyata semakin banyak konsumen yang merasa yakin karena produsennya jelas tertera di kemasannya. Bahkan menurut Oktina, produknya sudah menjadi minuman khas di beberapa hotel di Jateng dan DIY.
Untuk lebih profesional dalam menjalankan bisnisnya, ia juga membuat badan usaha dengan dengan nama CV. Duta Kencana untuk mengelola industri minuman tradisional tersebut. Oktin semakin kewalahan menerima order setelah ia membuat kemasan produknya dengan brand Wedang Wayang. Bahkan permintaan mulai berdatangan dari luar kota Semarang. “Mereka umumnya tahu hanya dari getok tular alias dari mulut ke mulut saja,” tandasnya.
Menurut Oktin, sebenarnya pasar untuk produknya masih terbuka lebar. Hanya saja yang menjadi kendala adalah masa kadaluwarsa yang sangat pendek karena ia tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali. Karena itulah, ia mencoba memasarkan produknya dengan sistem kemitraan yang dikenal dengan waralaba. Katanya, hanya dengan model ini ia bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Apalagi, selama ini produknya cocok dikonsumsi di daerah mana saja baik diminum dalam keadaan panas maupun dingin.
Oktin memberi kesempatan kepada siapa saja yang memiliki modal untuk mengembangkan bisnis Wedang Wayang tersebut. Besarnya modal bisa disesuaikan dengan target yang ingin diraih. Bila ingin menguasai wilayah propinsi bisa menjadi master franchise yang diwajibkan untuk membayar franchise fee antara Rp 50-100 juta. Sementara untuk menjadi franchisee utama yang menguasai wilayah kabupaten atau kota madia membayar antara Rp 15-20 juta. Nah yang murah bila ingin membuka outlet yang menguasai wilayah kecamatan hanya perlu membayar Rp 5 juta.
Yang menarik untuk master franchise tidak ada batasan waktu kerja karena berlangsung selama-lamanya tanpa batas waktu. Sedangkan untuk franchise utama batas waktunya 15 tahun. Dan untuk pemilik outlet selama lima tahun. Sementara itu, kepada pembeli franchise, Oktin akan memberikan kebebasan untuk memberikan pelatihan untuk produksi Wedang Wayang dan menggunakan semua logo Wedang Wayang. Selain itu Oktin juga mensuport untuk segala bentuk promosi hingga bisnis tersebut bisa berjalan seperti yang diharapkan.
Dijelaskan, keuntungan yang didapat dari membuka outlet Wedang Wayang sangat lumayan. Sebagai gambaran, setiap outlet yang setiap hari minimal bisa menjual 20 liter, rata-rata bisa memperoleh keuntungan bersih per bulan Rp 850 ribu. Bagi yang tertarik memiliki outletnnya berikut gambaran ringkas analisis usahannya.
==============================================
ANALISIS USAHA
Pengeluaran:
Franchise fee : Rp 5.000.000,-
Peralatan : Rp 1.500.000,-
Bahan baku : Rp 1.000.000,-
Total : Rp 7.500.000,-
Pemasukan
Harga perliter Rp 2.500 (Jika mampu menjual 20 liter/hari) :
Profit perbulan 25 X Rp 2.500X 20 liter : Rp 1.250.000,-
Gaji karyawan : Rp 400.000.-
Keuntungan : Rp 850.000,-
Waralaba Wedang Wayang (Ny oktina)
Bisnis Minuman Kesehatan Tradisional, Franchise sekitar 5 Juta
CV Duta Kencana
Jalan Soragan 106 Yogyakarta
Tel (0274) 625082, HP 0813-16879038
posted by giomustbebetter pd 12:36 AM 0 komentar
Serabi Uenak
Eddi Sulistio berhasil mengubah citra Surabi Bandung dari makanan tradisional menjadi makanan resto yang digandrungi Anak Baru Gede (ABG). Dengan ini serabi jadi lebih “ngetrend” dan jadi makanan “anak gaul”.
Surabi, atau yang di beberapa daerah dikenal sebagai serabi, merupakan makanan tradisional yang biasanya dijajakan secara keliling atau dipajang di lapak-lapak kaki lima. Biasanya, serabi dibeli kemudian dibungkus dan dibawa pulang untuk dijadikan makanan selingan. Tetapi di tangan Eddi Sulistio kebiasaan lama itu telah diubah. Kini Surabi Bandung, yang semula diposisikan sebagai makanan selingan, dengan berbagai inovasi pengolahan ia sulap menjadi makanan utama dan siap santap di tempat.
“Para pengemar tidak lagi harus menenteng-nenteng surabi ke rumah. Mereka sekarang bisa memakannya di tempat. Karena kami telah mengubahnya menjadi makanan ala resto,” ungkap pria asal Padang ini. “Dan surabi yang kami sajikan selalu dalam keadaan panas,” sambungnya.
Hasil dari ‘eksperimen’ dari pria yang mengaku suka menikmati berbagai jenis makanan ini kini telah membuahkan sedikitnya 34 jenis surabi. Bahkan masih ada beberapa jenis surabi baru yang akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang. “Pokoknya dijamin enak, bergizi dan murah,” ujarnya setengah berpromosi.
Meski cita rasa merupakan poin utama dalam berbisnis makanan, namun menurut Eddi, rasa enak bukan satu-satunya jaminan yang bisa mendatangkan pelanggan. Sedari awal Eddi meyakini dirinya harus fokus kepada satu segmen tertentu untuk bisa mengatrol penjualannya.
Maka ia memposisikan surabinya untuk segmen Anak Baru Gede (Murid SLTP, SMU dan perguruan tinggi). “Saya berpikir harus fokus pada segmen tertentu. Dan menurut penilaian saya ABG merupakan segmen yang paling luas dibandingkan segmen lainnya,” papar Eddi mengenai alasannya membidik segmen ABG. Karena segmen yang dibidik para ABG, Eddi juga berusaha ‘gaul,’ di antaranya selalu berusaha untuk menyapa, bahkan ikut ‘nimbrung’ pembicaraan dengan para pelanggan yang biasanya datang berkelompok ini.
Desain restonya pun dibuat agar memberikan kesan santai. Para pelanggan bebas menikmati makanan yang disajikan tanpa harus terburu-buru. Karena untuk menikmati surabi yang dipesan memang membutuhkan waktu yang lumayan lama. “Banyak pelanggan baru yang mengeluh mereka menunggu terlalu lama. Tetapi bagi para pelanggan lama, mereka sudah paham mengenai proses pengolahan surabi ini. Justru waktu menunggu selesainya pesanan ini mereka manfaatkan untuk saling bertukar informasi,” terang Eddi.
Untuk memperluas pelanggan, maka Eddi sering menyambangi berbagai kegiatan sekolah maupun perguruan tinggi, seperti ikut menjadi peserta di sejumlah pameran atau basar yang diadakan oleh suatu sekolah atau suatu perguruan tinggi. “Kalau tak kenal maka tak enak. Artinya, biarpun makanan kita enak kalau mereka tidak mengenal tentu dagangan kita juga tidak laku,” imbuh pengusaha yang lebih dulu menggeluti usaha percetakan ini.
Tak jarang Eddi menjemput bola kepada para pelanggan. Sering ia mengundang sejumlah pengurus OSIS sejumlah sekolah atau senat mahasiswa sejumlah perguruan tinggi untuk mencicipi surabi penemuan terbarunya. “Saya lebih senang mengundang mereka makan, ketimbang menyebar-nyebar brosur,” aku Eddi.
Jurus yang diterapkan oleh Eddi itu sepertinya sudah berada pada jalur yang benar, jika kesetiaan dan pertumbuhan pelanggan dijadikan ukuran. Menurut pengakuan Eddi, banyak pelanggan yang masih setia mengunjungi outletnya di Jalan Margonda Depok meski mereka sudah duduk di bangku kuliah. “Mereka menjadi pelanggan saya sejak duduk di bangku SMU,” paparnya sambil menunjuk sekelompok mahasiswi yang tengah menyantap surabi.
Dengan satu restonya di Jalan Margonda saja Eddi bisa meraup omset sekitar Rp 30 juta/ bulan. Sedangkan Eddi dalam waktu tiga tahun ini juga sudah membuka gerai di Kelapa Gading dan di Jalan Wahid Hasyim. “Untuk yang di Kelapa Gading, saya masih ngikut orang,” terangnya.
Sedangkan resto yang berada di Jalan Wahid Hasyim, selain membidik ABG, Eddi juga menyasar para turis, tetapi pasar ABG tetap menjadi sasaran utamanya. “Saya optimistis, selama resto didirikan di tempat yang banyak dikunjungi ABG bisnis ini akan bisa berjalan lancar,” sebut Eddi.
Ke depan Eddi juga ingin memperluas restonya dengan sistem waralaba. Tetapi untuk saat ini Eddi masih menerapkan pola kemitraan bagi pihak-pihak yang tertarik untuk berbisnis surabinya. “Saya juga sedang mencari-cari tempat untuk memperluas resto di antaranya di Cikarang dan Bogor,” ucap Eddi. Selain itu, resto yang berada di Jalan Margonda juga akan diperluas dengan memanfaatkan ruangan di lantai II. “Di atas (lantai II) nanti akan kami sajikan makanan-makanan dari Jepang seperti tempura dan teriyaki,” jelasnya.
Eddi menjamin meski makanan-makanan yang akan disajikan berbau impor namun tetap akan dipadukan dengan yang sudah ada. Dan yang lebih penting lagi Eddi menjamin makanan yang disuguhkan masih sesuai dengan kocek para ABG.
Sampai saat ini secara umum Eddi masih menyebut Surabi Bandung untuk surabi yang dijualnya. Ke depannya surabi itu akan diberi brand ‘Wacan.’ Artinya Pak? “Ah, apa arti sebuah nama,” tukasnya.
posted by giomustbebetter pd 12:35 AM 1 komentar
M.Burger
Follower tak selamanya jelek. Malah, dalam beberapa hal, justru sang follower itu lebih kreatif dan malah, bisa jadi dia akan lebih hebat dari pionir atau yang dicontohnya. Dan, itu, sekarang dilakukan oleh Komang Andopi Kartika Belia, mantan pengembang properti dan pengusaha wartel ini. Di bawah bendera PT Gempita Indonesia Muda (GIM), dia berhasil mengembangkan gerai Mr. Burger menjadi 300 gerai dan kafe yang tersebar di 13 kota di Indonesia seperti Jakarta, Batam, Cirebon, Bandung, Purwakarta, Semarang, dan Bali. Bahkan, akhir Oktober lalu, dia akan mematok target menjadi 30 kota di Indonesia. “Bisnis makanan sangat potensial dan bisa dikembangkan lebih besar lagi, karena memiliki cash flow yang bagus,” ujarnya.
Dari sekian gerai dan kafe tersebut, hanya empat gerai dan satu kafe yang benar-benar miliknya. Selebihnya merupakan milik investor atau mitranya. Maklum, merek yang dipatenkan pada 2004 ini, dikembangkan dengan sistem waralaba.
Apa sih kiatnya? “Pengalaman 10 tahun di Edam Burger, menjadikan saya bisa mengembangkan bisnis serupa tapi dengan strategi yang lain,” katanya singkat. Andopi memang terpicu dengan keberhasilan Edam, yang masih dikata familinya tersebut. Keberhasilan yang diraihnya memang terhitung kilat. Mr. Burger baru diluncurkan pada Maret 2005 lalu. Tapi dalam tempo beberapa bulan saja, produk ini sudah beranak pinak menjadi ratusan gerai, 200 gerai di antaranya tersebar di seluruh Jakarta. Padahal, modal yang ditanamkan pengusaha yang tergabung dalam HIPMI ini tak kurang dari Rp 50 juta.
Kiat lainnya, pada lima bulan pertama diluncurkannya Mr. Burger, Andopi langsung menawarkan produknya secara waralaba dan dia berhasil membuka 10 gerai di minimarket Alfamart Jakarta Selatan. Padahal proyek ini masih bersifat percontohan. Imbasnya bak air bah, gerai Mr. Burger pun membengkak hingga mencapai ratusan gerai.
Keuntungan yang dikeruknya pun makin berlipat-lipat. Sebab, dia memegang izin prinsip penempatan gerai dari Alfamart dan beberapa lokasi pusat keramaian. Berkaitan dengan itu, di luar franchise fee, investor yang membeli gerainya juga harus mengeluarkan biaya sewa tempat. Misalnya, jaringan Alfamart membebankan biaya Rp250 ribu/gerai.
Di sisi lain, Mr. Burger “dijual” dengan harga sekitar Rp3 juta/unit, 50% dari franchise fee itu harus dibayarkan terlebih dahulu, sebelum counter dibuat. “Dari sini saja saya bisa meraup Rp500 juta,” ucapnya, tanpa bermaksud sombong. Sekadar informasi, dari masing-masing counter, Andopi mengambil margin rata-rata 20%–30%.
Andopi menjual counternya berdasarkan tiga ukuran yaitu pertama, counter berukuran 85 cm² yang dijual dengan harga Rp3 juta. Kedua, counter berukuran 2x2 m² atau disebut juga tipe oval yang dijual dengan harga Rp35 juta dan ketiga counter berukuran 2x3 m² atau tipe persegi yang ditawarkan dengan harga Rp55 juta. Sekadar informasi, dalam pembuatan counter, Andopi mengerjakannya sendiri. Untuk itu, dia membuat satu workshop khusus, yang mempekerjakan lima tukang.
Lalu apa yang didapat franchisee? “Mereka mendapat semua peralatan dan perangkat pendukung, serta bahan baku burger. Bila bahan baku habis, mereka tinggal mengorder ke kantor pusat Mr. Burger,” jelasnya.
Ke depannya, Andopi akan membuat brand baru yakni Mr B. Rencananya, produk burger baru itu untuk segmen menengah atas dengan harga Rp 12 ribu-an. Untuk itu, dia telah merekrut tiga kokinya, satu diantaranya adalah berhasil menyabet gelar internasional lomba memasak di Shanghai, China. Dua selebihnya adalah mantan Chef di hotel berbintang lima di Bali. “Mereka ini bergabung dengan kami karena ter-PHK, gara-gara bom Bali pertama,” katanya.
Untuk Mr B ini, Andopi menawarkan investasi Rp 500 juta, bagi mitra yang ingin menjual burger ini. Nantinya, Mr B akan dibuka di Mal-Mal kelas atas seperti Cilandak Town Square dan beberapa tempat lainnya.
Paket Usaha Mini Counter Mr. Burger
A. INVESTASI AWAL: Rp 3,000,000
ini adalah paket yang diberikan Mr. Burger dimana terdiri dari:
- Counter Lengkap (set) dengan etalase dan sticker Mr Burger
- Tenda
- Kursi
- Spanduk Mr Burger
- Kaos Mr Burger
- Wajan Teflon
- Jepitan Daging
- Pisau Roti
- Talenan
- Mangkok 1 set / botol
- Tempat Sayur
- Tabung Gas Besar + Regulator + selang
- Kompor Gas 1 Tungku
- Piring Melamine
- Cool Box Daging
- Box Roti
- Sarung Tangan
- Box Sampah
- Banner Menu
B. PRODUK BAHAN BAKU BURGER = Rp 135,500
Maka Total Investasi Awal adalah = Rp 3.135.500
Perkiraan Penjualan 50 X rp1500 x 30 hari = Rp 2,250,000
Perkiraan Biaya perbulan
- Sewa Tempat = Rp 250,000
- Gaji Pegawai = Rp 600,000
Total Biaya perbulan adalah = Rp850,000
Maka Total Keuntungan Per Bulan = Rp 2,250,000 - Rp 850,000 = Rp 1,400,000
Bila kita kembalikan kepada INVESTASI AWAL, maka perkiraan balik modal adalah sekitar 2 Bulan, dengan asumsi diatas!
Contacts:
Mr. Burger & Mr. B
Jalan Raya Moh Kahfi I no:33
Ciganjur, Jakarta 12630
Tel 021-788-92203
Hp 0816-1164999
posted by giomustbebetter pd 12:34 AM 0 komentar
M.Burger
Follower tak selamanya jelek. Malah, dalam beberapa hal, justru sang follower itu lebih kreatif dan malah, bisa jadi dia akan lebih hebat dari pionir atau yang dicontohnya. Dan, itu, sekarang dilakukan oleh Komang Andopi Kartika Belia, mantan pengembang properti dan pengusaha wartel ini. Di bawah bendera PT Gempita Indonesia Muda (GIM), dia berhasil mengembangkan gerai Mr. Burger menjadi 300 gerai dan kafe yang tersebar di 13 kota di Indonesia seperti Jakarta, Batam, Cirebon, Bandung, Purwakarta, Semarang, dan Bali. Bahkan, akhir Oktober lalu, dia akan mematok target menjadi 30 kota di Indonesia. “Bisnis makanan sangat potensial dan bisa dikembangkan lebih besar lagi, karena memiliki cash flow yang bagus,” ujarnya.
Dari sekian gerai dan kafe tersebut, hanya empat gerai dan satu kafe yang benar-benar miliknya. Selebihnya merupakan milik investor atau mitranya. Maklum, merek yang dipatenkan pada 2004 ini, dikembangkan dengan sistem waralaba.
Apa sih kiatnya? “Pengalaman 10 tahun di Edam Burger, menjadikan saya bisa mengembangkan bisnis serupa tapi dengan strategi yang lain,” katanya singkat. Andopi memang terpicu dengan keberhasilan Edam, yang masih dikata familinya tersebut. Keberhasilan yang diraihnya memang terhitung kilat. Mr. Burger baru diluncurkan pada Maret 2005 lalu. Tapi dalam tempo beberapa bulan saja, produk ini sudah beranak pinak menjadi ratusan gerai, 200 gerai di antaranya tersebar di seluruh Jakarta. Padahal, modal yang ditanamkan pengusaha yang tergabung dalam HIPMI ini tak kurang dari Rp 50 juta.
Kiat lainnya, pada lima bulan pertama diluncurkannya Mr. Burger, Andopi langsung menawarkan produknya secara waralaba dan dia berhasil membuka 10 gerai di minimarket Alfamart Jakarta Selatan. Padahal proyek ini masih bersifat percontohan. Imbasnya bak air bah, gerai Mr. Burger pun membengkak hingga mencapai ratusan gerai.
Keuntungan yang dikeruknya pun makin berlipat-lipat. Sebab, dia memegang izin prinsip penempatan gerai dari Alfamart dan beberapa lokasi pusat keramaian. Berkaitan dengan itu, di luar franchise fee, investor yang membeli gerainya juga harus mengeluarkan biaya sewa tempat. Misalnya, jaringan Alfamart membebankan biaya Rp250 ribu/gerai.
Di sisi lain, Mr. Burger “dijual” dengan harga sekitar Rp3 juta/unit, 50% dari franchise fee itu harus dibayarkan terlebih dahulu, sebelum counter dibuat. “Dari sini saja saya bisa meraup Rp500 juta,” ucapnya, tanpa bermaksud sombong. Sekadar informasi, dari masing-masing counter, Andopi mengambil margin rata-rata 20%–30%.
Andopi menjual counternya berdasarkan tiga ukuran yaitu pertama, counter berukuran 85 cm² yang dijual dengan harga Rp3 juta. Kedua, counter berukuran 2x2 m² atau disebut juga tipe oval yang dijual dengan harga Rp35 juta dan ketiga counter berukuran 2x3 m² atau tipe persegi yang ditawarkan dengan harga Rp55 juta. Sekadar informasi, dalam pembuatan counter, Andopi mengerjakannya sendiri. Untuk itu, dia membuat satu workshop khusus, yang mempekerjakan lima tukang.
Lalu apa yang didapat franchisee? “Mereka mendapat semua peralatan dan perangkat pendukung, serta bahan baku burger. Bila bahan baku habis, mereka tinggal mengorder ke kantor pusat Mr. Burger,” jelasnya.
Ke depannya, Andopi akan membuat brand baru yakni Mr B. Rencananya, produk burger baru itu untuk segmen menengah atas dengan harga Rp 12 ribu-an. Untuk itu, dia telah merekrut tiga kokinya, satu diantaranya adalah berhasil menyabet gelar internasional lomba memasak di Shanghai, China. Dua selebihnya adalah mantan Chef di hotel berbintang lima di Bali. “Mereka ini bergabung dengan kami karena ter-PHK, gara-gara bom Bali pertama,” katanya.
Untuk Mr B ini, Andopi menawarkan investasi Rp 500 juta, bagi mitra yang ingin menjual burger ini. Nantinya, Mr B akan dibuka di Mal-Mal kelas atas seperti Cilandak Town Square dan beberapa tempat lainnya.
Contacts:
Mr. Burger & Mr. B
Jalan Raya Moh Kahfi I no:33
Ciganjur, Jakarta 12630
Tel 021-788-92203
Hp 0816-1164999
posted by giomustbebetter pd 12:34 AM 0 komentar
Bisnis Isi Ulang Tinta Dari Veneta System
Veneta System sukses menjalankan bisnis isi ulang (refill) tinta printer baik toner, catridge maupun ribbon. Para Calon Franchisee diundang untuk membeli lisensinya. Sebuah peluang investasi yang menarik.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 secara tidak langsung berpengaruh terhadap prilaku konsumen atau pemakai tinta printer, khususnya pemakai tinta printer original yang harganya cukup tinggi. Namun kendati krisis menerpa, permintaan pasar Indonesia untuk produk ini tetap tinggi. Oleh karenanya perlu suatu manuver untuk mencari solusi. Kalau sebelumnya mereka menggunakan tinta printer asli, kini mereka mulai beralih untuk menggunakan tinta regenerasi, yakni isi ulang (refill) atau produk-produk remanufactured demi efisiensi pemakaian alat kantor .
Veneta System yang ahli refill tinta printer, baik untuk laser jet (toner) maupun inkjet (cartridge) hadir di Indonesia tepat pada waktunya untuk memberikan solusi bagi konsumen modern. Menurut Direktur Veneta System, Adrianus Widjaja, karena kondisi di ataslah Veneta System hadir di Indonesia selain mengusung brand yang tinggi juga teknologi Eropa untuk produk mengisian ulang tinta printer berbagai merk dan type.”
Adrianus juga mamaparkan bahwa dari hasil survai yang dilakukan oleh Veneta System sebelum terjun ke bidang usaha ini, tampak terlihat adanya suatu potensi pasar yang cukup besar dengan suatu tuntutan kualitas hasil kerja yang baik dengan harga terjangkau untuk bidang isi ulang tinta ini. Oleh karenanya, dari sekian banyak pilihan yang ditawarkan, pihak manajemen mengambil konsep usaha dan teknologi Veneta System yang telah terbukti berkembang di Italy dan negara-negara lain di Eropa umumnya. “Veneta System berkembang cukup baik, terbukti dengan meningkatnya jumlah pelanggan yang menggunakan jasa isi ulang tinta printer ini ke toko-toko Veneta System,” kata Adrianus.
Menurut Adrianus Veneta System tak diragukan lagi kehandalannya. Selain secara teknologi mendapat dukungan dari Veneta System di kantor pusatnya di Jakarta, seluruh jaringan toko juga memberikan dukungan kualitas dan layanan purna jual yang tak mengecewakan. Sebagai perusahaan yang memberikan hak waralaba, Veneta System bukan sekedar pusat isi ulang tinta printer, melainkan juga merupakan sebuah system dan konsep usaha. “Yang dijual Veneta adalah sebuah system baik itu system pemasaran maupun franchise yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar Indonesia,” kata Adrianus.
Untuk pasar Indonesia waralaba Veneta System (franchise) sudah mulai dikembangan dan ditawarkan ke publik pada pertengahan tahun 2003. Sebelum mereka sampai pada keputusan “go franchise” ini, manajemen telah melakukan riset pemasaran yang cukup serius selama setahun baik terhadap produk, teknologi maupun konsep usahannya. “Sampai saat ini, Veneta System telah mengoperasikan lebih dari empat puluh outlet diberbagai kota di Indonesia, dan akan terus berkembang ke seluruh pelosok di tanah air”, katanya optimis.
Menurut Adrianus, Veneta System bukan saja sebuah jaringan pemasaran satu produk, tapi sebuah konsep nilai sebuah merek (brand value). Dan ketika sebuah brand semakin berharga, maka nilai satu perusahaan semakin tinggi. Karena “value” inilah maka vaneta System berani mengembangkan diri dengan pola waralaba. Untuk menjaga kebutuhan nilai ini maka Adrianus sangat ketat dalam menentukan standar bagi seorang calon pewaralaba. Persyaratan itu misalnya, termasuk tampilan fisik sebuah outlet, gaya arsitekturnya, jenis dan spesialisasi usaha, konsep dagang, kebijakan usaha, bahkan pelatihan untuk sumber daya manusia hingga pada pengenalan mesin-mesin pengisi-ulang (refill) tinta terbaru.
Adrianus memberikan gambaran, harga jual waralaba Veneta System relatif murah dibandingkan dengan investasi waralaba pada umumnya. Besar investasi yang harus dikeluarkan oleh calon pewaralaba sangat tergantung dari luas toko dan kelengkapannya. Veneta hanya memberikan arahan bagi pembangunan outletnya. Untuk biaya awal waralaba (franchise fee) berlaku untuk lima tahun dan biaya tersebut termasuk digunakan untuk biaya pelatihan SDM, biaya survey, perlengkapan laboratorium pengisian tinta dan komponen biaya lain.
Mahal? Adrianus memastikan nilai tersebut bahkan belum sebanding dengan benefit yang diperoleh pewaralaba. Karena menurut hitungannya, delapan puluh persen dari investasi yang ditanamkan tersebut sebenarnya langsung dinikmati oleh penerima waralaba (franchisee). Misalnya untuk pemenuhan termasuk stok dan standar design, layout dan image toko. Dan yang menggembirakan Adrianus memperkirakan hanya dalam waktu dua tahun investasi bakal balik modal. Sebagai sebuah peluang usaha tentu saja sangat menarik. Di tengah gencarnya pertumbuhan para pesaing sejenis, kini Veneta System telah memiliki jaringan di berbagai kota besar di Indonesia.
Menurut Adrianus, untuk mewujudkan pelayanan yang baku tersebut, maka pengawasan manajemen sangat ketat. Dengan konsep yang standar dan sama tersebut, menurut Adrianus setiap outlet akan merasa bahwa mereka bagian dari Veneta System yang baku dan profesional. Khusus untuk outlet-outlet di luar Jabodetabek ada extra cost pada investasi awal. Yaitu biaya survey lokasi dan biaya kunjungan berkala dari manajemen pusat. Sementara untuk semua biaya pengiriman barang akan ditanggung oleh pihak supplier. Melihat trend bisnis di Indonesia, serta maraknya bisnis franchise di Indonesia, adalah tidak salah untuk mempertimbangkan membeli Veneta System sebagai pilihan investasi.
posted by giomustbebetter pd 12:30 AM 1 komentar