Kamis, 22 Januari 2009

tongseng belut

Masyarakat tentu tidak asing dengan belut. Salah satu sumber makanan berprotein ini banyak diolah dalam bentuk keripik atau rempeyek. Namun, di Warung Makan Penyet Bu Lintang, pasangan suami istri Muflih dan Tini (36) menawarkan cita rasa belut yang berbeda, yaitu dalam bentuk olahan tongseng dan pecak.

Warung makan ini terletak di Jalan Raya Slawi-Jatibarang, tepatnya di Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Meski warung ini jauh dari kesan mewah, cita rasa masakan yang disajikan akan membuat orang ketagihan.

Tongseng dihadirkan dengan rasa yang khas. Aroma rempah-rempah dan rasa yang legit menjadi salah satu ciri khas tongseng belut. Masakan ini disajikan dengan timun iris sehingga terasa segar. Bumbu yang kental melumuri potongan-potongan belut yang diletakkan di atas piring. Tubuh kita pun akan menjadi hangat setelah menyantap masakan ini.

Pecak disajikan dengan sambal mentah, disertai sedikit irisan jeruk nipis. Belut yang sudah digoreng diletakkan di atas sambal tersebut. Meski telah digoreng, belut tidak keras. Dagingnya masih utuh dan dapat dilepas dengan mudah dari durinya. Aroma sambal mentah yang harum ikut memberi kenikmatan pada masakan tersebut.

Masakan-masakan tersebut tersaji dengan harga yang terjangkau. Harga tongseng belut Rp 15.000 per porsi, sedangkan pecak belut Rp 10.000 per porsi. Warung ini buka pukul 10.00 hingga 21.00.

Tini mengatakan, ia ingin menghadirkan cita rasa yang berbeda dari masakan belut. Meskipun demikian, ia memberikan pilihan kepada pengunjung sesuai selera mereka. "Ada yang menyukai tongseng, ada juga yang pecak. Bahkan, ada yang hanya minta belut goreng," ujarnya.

Rempah-rempah

Ia menggunakan rempah-rempah dan bumbu tradisional untuk memberikan rasa dan aroma yang kuat pada masakannya. Selain belut, ia juga memberikan pilihan masakan lain berupa pecak ayam, bebek, dan lele. Ia juga menyuguhkan pecak terong seharga Rp 2.500 per porsi serta sayur asem seharga Rp 1.000 per porsi.

Tini menuturkan, ia menggeluti usaha tersebut sejak 1,5 tahun yang lalu. Nama Lintang diambil dari nama anak ketiganya. Peminat masakannya cukup banyak.

Selain menikmati makanan di warung, pengunjung yang menginginkan suasana lebih santai dapat menikmati masakan di luar warung. Tini menyediakan tempat makan di bawah pohon mangga di depan warungnya. Meskipun demikian, pembeli harus sabar menunggu karena masakan baru dapat terhidang dalam waktu 10-15 menit.

diambil dr artikel KOMPAS

1 komentar:

rinda septiani mengatakan...

kya apa rasanya, soalnya aku blm pernah makan